Blog Punya Sayah

Tempat menuangkan isi kepala biar cepet kaya

Thursday, August 15, 2019

Penghasilan Youtube Adsense Haram? Silahkan Dipertimbangkan :)

No comments
Ketika pertama kalinya saya dapat penghasilan dari youtube adsense, sebenarnya gak nyangka, karena channel yang menghasilkan dolar pertama dari youtube itu adalah channel milik teman saya yang saya kelola.

Earning pertama youtube adsense waktu itu kalau dirupiahkan jumlahnya kurang lebih sekitar Rp. 1.400.000-an. Dan ternyata teman saya memberikan semua uang itu untuk saya, karena dia mah udah kaya, gak butuh duit recehan, jadi earning youtube itu hitung-hitung ongkos saya maintenance channel dia. Alhamdulillah yah, rejeki anak ganteng 

Setelah itu saya pun iseng membuat channel sendiri yang hingga artikel ini dibuat, subscribernya sudah mencapai 27 ribuan, mayan buat pemula mah hehehe.

Tetapi setelah mulai sering mendapatkan penghasilan dari youtube adsense ini, ada seorang teman yang bilang sama saya bahwa dia gak mau main adsense karena khawatir gak halal. Menurut dia, konon katanya dia sering melihat iklan-iklan yang menampilkan aurat, sehingga meskipun dia juga punya channel youtube dengan subscriber yang banyak, dia tidak memonetize channelnya dengan alasan tadi.

Kemudian ketika suatu hari saya posting status di Facebook tentang perkembangan channel youtube saya, tiba-tiba ada yang komen katanya mengingatkan bahwa penghasilan dari youtube adsense itu haram, dan sudah ada youtuber sukses yang berhenti main adsense setelah menyadari bahwa penghasilannya tidak halal.

Tentu saja saya yang sedang asyik-asyiknya pencitraan kesuksesan channel youtube saya waktu itu jadi kesal karena komentar itu, dan saya sempat mendebatnya sambil mengatakan itu karena banyak youtuber yang gak tahu kalau iklannya bisa difilter.

Ya, karena iklan adsense memang bisa difilter, kita bisa memilih tipe iklan apa yang kita perbolehkan muncul di video kita. Contohnya seperti gambar di bawah ini:



Misalnya saja di kategori kesehatan, kalau diklik akan ada kategori pakaian. Dan kalau diklik lagi akan muncul sub kategori lainnya, di antaranya "Pakaian Dalam, Pakaian Renang, dan Pakaian Tidur" seperti yang bisa anda lihat di gambar di bawah.



Dan setelah mempelajari dari berbagai sumber baik yang pro maupun kontra tentang halal haramnya adsense, ada beberapa ustadz yang mengatakan bahwa youtube adsense ini pada dasarnya diperbolehkan kalau kita bisa mengontrol iklan yang tampil. Jadi berdasarkan itulah saya berada di pihak yang pro adsense.

Tapi masalahnya tidak sesederhana itu, karena iklan memang bisa difilter, tapi isi iklannya yang gak bisa kita filter.

Iklan yang barokah bukan soal iklan yang isinya terbebas dari konten berbau mesum, judi, atau yang berbau riba saja, tapi juga soal aurat. Dan yang namanya aurat bukan soal paha dan dada wanita saja, tapi juga rambut wanita dan juga udel serta lutut pria sodara-sodara.

Nah, apakah dengan memfilter jenis iklan kita bisa menjamin bahwa iklan-iklan yang nongol akan benar-benar terbebas dari penampakan aurat?

Ternyata tidak bisa sodara-sodara. Karena walaupun yang nongol adalah iklan kursus bahasa Inggris atau bahkan iklan makanan, jika bintang iklannya adalah wanita yang tidak berhijab, atau ada pria memakai celana pendek yang kelihatan pahanya, atau cowok yang memperlihatkan perut six packnya sampai udelnya kelihatan juga, nah ini yang dipermasalahkan.

Saya tidak merasa punya kapasitas untuk ketok palu dan memutuskan bahwa penghasilan dari adsense sebagai penghasilan yang haram atau tidak berkah, tapi silahkan saja dikembalikan pada pemahaman, kesadaran, dan pendapat masing-masing. Menurut anda bagaimana?

Mungkin akan ada yang berpendapat, "Ribet amat sih yang gitu aja dipermasalahin! Emang lihat rambut cewek doang bakalan terangsang?"

Atau mungkin juga postingan ini akan mematahkan semangat anda yang baru saja mau berkiprah menjadi youtuber karena ingin mendapatkan penghasilan dari youtube. Saya minta maaf untuk itu, saya hanya menyampaikan pendapat dan pengalaman pribadi yang mungkin bisa anda bantah.

Mungkin anda beda pendapat dengan saya, semua orang punya pendapat masing-masing tentang iklan adsense ini, tapi inilah pendapat saya yang belum tentu semua orang setuju. Jadi semua diserahkan pada keyakinan masing-masing. Tetapi bagaimanapun juga penghasilan yang halal dan berkah itu penting, khususnya bagi umat muslim yang berpegang teguh pada ajaran agamanya.

Itu saja yang bisa saya sharing dalam postingan kali ini, dan tentunya akan lebih baik jika anda bertanya ke orang yang lebih kompeten untuk menjawab tentang halal haramnya Google Adsense, dalam hal ini para ulama yang paham tentang dunia make money online.

Jika anda mantap dan yakin bahwa adsense itu halal, maka silahkan saja ikuti keyakinan anda karena itu artinya anda sudah bisa mempertanggungjawabkan apa yang anda yakini.

Tapi jika anda masih ragu dengan penghasilan dari youtube adsense karena tidak yakin adsense itu halal, maka sebaiknya tinggalkan saja dan jangan main adsense. Toh masih banyak cara lain untuk bisa mendapatkan penghasilan dari internet. Youtube adsense hanyalah salah satu jalan yang bisa kita pilih dari sekian banyak metode menghasilkan uang dari internet.

Review Terapi Oxybaric Steve Sugita Cikiray Sukabumi

No comments
Postingan ini adalah postingan lama yang saya pindahkan dari blog yang sudah mati karena gak keurus. Semoga masih bermanfaat,



Belum lama ini saya dapat info dari seorang teman yang sudah saya anggap saudara sendiri, tentang adanya terapi Oxybaric di daerah Sukabumi. Sebenarnya ini bukan terapi baru dan sudah ada di Indonesia sejak tahun 1960, tapi saya baru dengar. Dan setelah browsing-browsing dulu untuk dapat gambaran, didapatlah informasi tentang terapi hiperbarik yaitu jenis terapi oksigen murni yang konon dapat membantu mempercepat penyembuhan berbagai penyakit baik ringan maupun berat. Konon sudah banyak digunakan orang-orang terkenal di luar negeri mulai dari artis hinggal atlit baik untuk menjaga kesehatan maupun menyembuhkan cedera, seperti yang dilakukan oleh Valentino Rossi saat mengobati patah kaki kanannya.

Bedanya terapi hiperbarik di rumah sakit dan Oxybaric yang di Sukabumi ini hanya ada di medianya saja. Kalau hiperbarik yang ada di rumah sakit biasanya berbentuk tabung besar yang disebut chamber. Satu chamber bisa dimasuki beberapa orang dan setiap orang melakukan terapi dalam posisi duduk dengan memakai masker untuk menghirup oksigen murni tersebut.

Sedangkan di Oxybaric Center yang berlokasi di Jl.Cikiray KM 3.5 Kampung Cijambu Desa Gunung Jaya Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi ini, medianya menggunakan tabung kaca tebal dan orang yang diterapi berada di dalamnya dalam posisi tidur. Konon menurut Pak Steve Sugita owner Oxybaric Center, terapi dalam posisi berbaring lebih efektif karena tekanan darah di seluruh tubuh akan lebih rata saat berbaring daripada duduk.

Dan karena salah satu penyakit yang bisa dibantu kesembuhannya dengan terapi Oxybaric adalah syaraf kejepit yang kebetulan saya derita, maka saya pun tertarik untuk mencoba. Kemudian saya menelepon call centernya untuk reservasi, tetapi nomor yang 0857 2457 5869 kurang responsif dan sering tidak diangkat. Akhirnya saya berhasil mengontak nomor yang satu lagi yang 0811 888 6627 dan melakukan reservasi untuk saya, ibu saya dan adik saya. 

Secara tidak diduga, kurang lebih satu jam setelah reservasi, saya ditelpon oleh owner Oxybaric Center sendiri yaitu Pak Steve Sugita. Beliau menanyakan mau berobat untuk penyakit apa. Saya pun ceritakan bahwa saya dan ibu saya punya masalah syaraf kejepit di pinggang, sedangkan adik saya punya masalah napas yang pendek sehingga sering sesak napas, serta ketegangan otot leher yang sering menyiksa.

Pak Steve pun cerita bahwa syaraf kejepit umumnya dapat disembuhkan dalam 3 hari dan 3 sesi per hari. Berarti total 9 kali terapi selama 3 hari. Sudah banyak yang sembuh syaraf kejepit mah katanya. Maka saya pun semakin yakin untuk terapi, walaupun tidak bisa 3 hari karena lagi banyak urusan, tapi Pak Steve bilang gapapa coba aja sehari 3 kali terapi dulu. Kalau terasa manfaatnya bisa dilanjutkan di lain hari.

Nah, buat yang masih ragu tentang Oxybaric, ataupun mau tanya-tanya apakah penyakitnya bisa dibantu disembuhkan dengan Oxybaric, Anda bisa tanya-tanya dulu langsung ke Pak Steve Sugita. Beliau membuka jalur khusus untuk konsultasi melalui nomor berikut. 

0877 2072 7265 
0851 0311 7352 
0815 913 6524

Saran saya sebaiknya Anda konsultasi dulu pada Pak Steve kalau mau terapi. Saya sarankan juga telepon langsung, jangan SMS atau Whatsapp karena Pak Steve agak kesulitan kalau harus ngetik. Kalau ragu sebaiknya Anda konsultasi dulu karena ada penyakit tertentu yang sebaiknya tidak diterapi Oxybaric terlebih dahulu. Contohnya TBC. 

Menurut Pak Steve, terapi oksigen murni dengan tekanan tinggi dapat beresiko menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru yang lunak dalam kondisi terkena TB. Sehingga penderita TB sebaiknya menjalani pengobatan 6 bulan dulu dari dokter, dan kalau sudah lewat 6 bulan baru boleh diterapi Oxybaric.

Selain itu Pak Steve juga tidak bisa memberikan jawaban tentang kesembuhan suatu penyakit melalui terapi Oxybaric jika belum ada buktinya di lapangan. Misalnya ketika saya tanya apakah masalah prostat bisa disembuhkan, beliau tidak bisa memastikan karena belum pernah ada yang berpenyakit seperti itu yang datang untuk terapi ke tempat beliau. Tetapi beliau memiliki keyakinan bahwa pada dasarnya semua penyakit ada obatnya dan bisa dibantu disembuhkan melalui terapi ini. 

Maka saya, ibu, dan adik saya pun berangkat pada akhir pekan menuju TKP. Perjalanan cukup mudah dan lancar karena petunjuk GPS untuk menuju lokasi Oxybaric Center yang ada di Google Map sangat akurat dan tidak menyebabkan nyasar ke rumah janda, sehingga tak ada kesulitan untuk menemukan tempatnya. Anda cari saja “Oxybaric Center Steve Sugita” di Google Map lalu ikuti navigasinya.

Kalau dari arah Jakarta, Anda akan menemukan jalan masuknya di kiri jalan tidak jauh sebelum perbatasan Kabupaten dan Kota Sukabumi. Sedangkan kalau dari arah Bandung, Anda harus melewati pusat kota Sukabumi dulu, kemudian ikuti jalur menuju Jakarta. Lalu setelah lewat perbatasan kota Sukabumi dan Kabupaten, nanti Anda akan menemui sebuah jembatan seperti foto berikut.

Ini adalah foto yang diambil dari arah Jakarta menuju Bandung

Tak jauh dari situ, sebelum lampu merah, di kanan jalan akan ada jalan masuk yang kecil, tapi bisa masuk 2 mobil. Kalau Anda perhatikan, di tepi jalannya ada papan petunjuk berwarna hijau bertuliskan Oxybaric. Papan petunjuknya agak kecil, sehingga sebaiknya Anda bawa kendaraan agak pelan-pelan biar gak kelewatan. GPS dalam hal ini sangat akurat memberi instruksi untuk belok kanan.


Papan petunjuk dilihat dari arah Jakarta menuju Bandung

Jalan masuknya awal-awal aspalnya masih mulus, tapi lama kelamaan jalan makin rusak dan berbatu, jadi mobil yang ceper akan agak ngesot. Semakin lama Anda akan memasuki daerah pedesaan karena letak Oxybaric Center memang di pedesaan, lokasinya kurang lebih 3.5 KM dari jalan raya. Jalurnya cukup mudah tinggal ikuti jalan atau ikuti GPS saja, maka Anda akan tiba di Oxybaric Center yang berada di kanan jalan dan di seberang kirinya terhampar pesawahan.



Sekitar pukul 11 lewat 15 menit kami tiba di sana dan langsung masuk ke parkiran yang luas, di sampingnya ada pos satpam, mushola, toilet, dan kandang berisi anjing besar, dan satu kandang lagi diisi oleh seekor anjing Siberian Husky yang tampak kesepian dan sesekali melolong sedih. Katanya sih dia sedih karena ditinggal mati pasangannya. Duh, pulangin aja ke Siberia napa?

Parkiran Oxybaric Center


Siberian Husky yang kesepian

Kami pun kemudian masuk ke sebuah ruangan besar dimana terdapat 5 buah tabung yang semuanya penuh terisi oleh orang-orang yang sedang terapi. Di dalam ruangan itu ada petugas penerima pendaftaran, kasir, dan juga pengawas terapi. Saya pun memberitahu petugas kalau saya sudah registrasi kemarin, lalu kami semua dites tekanan darah dan denyut nadi terlebih dahulu. Di sini juga Anda bisa melakukan pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan asam urat dengan biaya 20 ribu saja per pemeriksaan.

Barisan tabung terapi Oxybaric


Tetapi sepertinya walaupun sudah registrasi kalau tabung lagi penuh tetap saja kita harus antri menunggu yang lain selesai terapi. Karena itu sambil menunggu giliran kami pun makan dulu dari bekal makanan yang kami bawa. Sebenarnya sih gak usah bawa makanan pun kita gak akan kelaparan, karena ada warung-warung di samping Oxybaric Center, dan katanya sih di dapur Oxybaric Center juga kita bisa pesan makanan, tapi waktu itu saya gak lihat ada yang masak, jadinya kita makan di luar.

Dapur umum Oxybaric Center


Kalau Anda pengen makan di restoran, maka sekitar 1,4 KM dari Oxybaric Center ada rumah makan Sunda namanya Saung Hegar. Tempatnya luas dan makanannya lumayan enak, harga juga standar, Anda bisa pilih menu satuan yang harganya murah kalau gak mau makan paketan yang agak mahalan.

Selesai makan, tiba-tiba muncul seorang bapak tua duduk di kursi roda dengan tangan cacat dan kaki penuh bekas luka bakar yang sudah mengering. Beliau tersenyum pada kami, lalu seorang petugas memberitahu kami untuk mengikuti beliau ke ruang belakang.

Ternyata beliau adalah Pak Steve Sugita, owner dari Oxybaric Center itu sendiri. Beliau dengan ramahnya bertanya pada kami barangkali ada yang mau ditanyakan pada kami tentang terapi ini. Awalnya kami sempat bingung ketika melihat kondisi tubuh Pak Steve yang cacat permanen, karena sekilas terbersit di pikiran, “Kok yang punya tempat terapinya cacat?”

Bersama Pak Steve Sugita

Tapi pertanyaan itu kemudian terjawab setelah Pak Steve bercerita penyebab cacat tubuhnya. Beliau mengalami kecelakaan di tahun 1999 saat mobilnya yang menggunakan bahan bakas gas terbakar dan meledak. Saat di mobil, tiba-tiba beliau mendengar bunyi gas yang menyembur kencang dan tahu-tahu katanya dia cuma tinggal pakai kolor saja sedangkan pakaian dan celananya koyak semua. Ternyata mobilnya terbakar tanpa beliau sadari. 

Beruntung beliau selamat. Menurut beliau mobilnya meledak setelah kira-kira 5 meter beliau berjalan untuk menyelamatkan diri. Mendengar cerita itu saya malah jadi teringat adegan di film-film action di mana sang jagoan berjalan dalam slow motion dengan background ledakan.

Kisah Pak Steve ini bisa dicari di Google dengan kata kunci “Steve Sugita”. Salah satu beritanya bisa dibaca di sini https://m.tempo.co/read/news/2003/05/01/05712000/korban-ledakan-gas-mobil-praperadilankan-kapolri

Tapi berawal dari kecelakaan itulah Pak Steve bertekad membantu orang melalui terapi Oxybaric. Karena beliau merasakan sendiri manfaat terapi hiperbarik yang membantu mengobati luka bakarnya dan memulihkan kondisinya, meskipun akibat luka parah tersebut beliau tetap cacat permanen dan sempat divonis kemungkinan hanya bisa bertahan hidup 5 hari. Tetapi ternyata beliau berhasil melewati masa kritis dan terbersitlah ide untuk membuat alat terapi hiperbarik versinya sendiri. 

Selama menjalani terapi hiperbarik, Pak Steve ternyata melakukan pengamatan cara kerja alat dan terapinya sehingga beliau akhirnya membuat sendiri alat terapi hiperbarik yang beliau namakan Oxybaric dan sudah mendapatkan pengesahan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.  

Oya, Pak Steve orangnya senang ngobrol dan sangat detail kalau cerita. Jadi kita belum tentu bisa dapat jawaban langsung kalau tanya sesuatu, karena biasanya beliau akan cerita awalnya dulu. Ibaratnya kalau kita tanya oleh-oleh Sukabumi beli di mana, maka beliau akan cerita dulu tentang Kota Sukabumi, tentang kebiasaan penduduknya, lokasi-lokasi wisatanya, barulah masuk ke makanan khas, oleh-olehnya, dan bisa dibeli di mana.

Contoh ketika adik saya bertanya kenapa hidungnya mimisan setelah terapi, beliau cerita dulu tentang sistim pernapasan, tentang rongga hidung, hingga mekanisme terjadinya mimisan tersebut, yang kalau mau dijawab singkat mah sebetulnya tinggal bilang efek detox saja wkwkwk. Tapi bagus sih, kita jadi tahu detailnya dan jadinya kita dapat ilmu.

Pak Steve juga sangat yakin bahwa terapi Oxybaric ini sangat ajaib dan manjur menyembuhkan berbagai penyakit kronis. Tetapi meskipun demikian, tetap harus kita kembalikan semua pada Allah SWT, karena terapi ini pun hanyalah salah satu ikhtiar manusia dalam meraih kesembuhan dan kesehatan.

Satu hal yang perlu Anda tahu, bahwa tidak ada patokan pasti berapa kali terapi yang dibutuhkan hingga mendapatkan kesembuhan. Tetapi berdasarkan pengalaman di lapangan, umumnya dibutuhkan minimal 3 hari terapi dengan 3 sesi terapi per harinya untuk penyakit ringan hingga sedang. Sedangkan untuk yang berat seperti jantung, kanker, dll, minimal Anda ikut terapi selama 7 hari atau ikut paket 10 hari dulu, tapi itu pun bisa beda-beda tiap orang karena ada juga yang harus sampai berbulan-bulan terapinya. Sebagai info, Pak Steve saja menjalani terapi hiperbarik selama 2 tahun di tiga rumah sakti berbeda untuk mengobati luka bakarnya.

Saat kami berada di sana, kami sempat melihat ada kakak beradik yang terkena stroke dan ikut paket 10 hari tapi belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, sehingga mereka memilih untuk pulang dulu. Tetapi beberapa pasien lain mengatakan mendapatkan kesembuhan yang signifikan hanya dalam beberapa kali terapi. Jadi tiap orang tetap beda-beda hasilnya.

Nah, karena terapinya mesti beberapa kali dan lokasinya lumayan jauh dari kota, apalagi dari luar kota, maka Oxybaric Center menyediakan tempat menginap yang meskipun tidak sekelas hotel bintang lima, tapi cukup bersih dan nyaman.

Daftar pasien yang menginap

Kamar Penginapan di Oxybaric Center

Ada dua kelas yang disewakan di sini, yaitu kamar seharga 100 ribu per hari dengan kamar mandi di luar, dan kamar seharga 150 ribu per hari dengan fasilitas kamar mandi dalam dan TV. Oh ya, di sini juga ada free wifi yang cukup kencang koneksinya, mayan buat orang-orang yang gak bisa hidup tanpa internet wkwkwk.



Tadinya kami gak mau menginap karena mau coba dulu terapi sehari 3 kali, tetapi karena  ternyata gak tahan dengan efek sakit telinga pada sesi terapi pertama, akhirnya kami memutuskan untuk menginap dan melanjutkan terapi esok harinya. Detailnya saya ceritakan saat menjalani terapi.

Untuk biaya terapi Oxybaric sendiri cukup murah, yaitu Rp.120.000 per orang per sesi (satu sesi 1 jam). Tetapi karena satu tabung bisa dipakai dua orang sekaligus, maka Anda bisa membayar Rp.150.000 saja untuk terapi dua orang dalam satu tabung, tidak masalah jika penyakitnya berbeda. 

Note: Ini adalah harga lama dan mungkin sekarang sudah naik

Tetapi waktu itu saya memilih terapi sendiri karena saya pikir kayaknya akan lebih efektif kalau cuma sendirian. Sedangkan ibu saya dan adik saya ambil paket berdua, karena ibu saya takut kalau sendirian, sehingga minta ditemani adik saya.

Inilah bedanya terapi hiperbarik yang di rumah sakit dengan yang di Oxybaric Center. Kalau di rumah sakit terapi menggunakan tabung besar yang bisa dimasuki beberapa orang dan terapinya dilakukan dalam keadaan duduk menggunakan masker oksigen. Sedangkan dalam terapi Oxybaric ini kita berbaring, dan satu tabung maksimal digunakan dua orang. Tetapi tergantung ukuran badan juga sih, kalau yang badannya gede mah gak disarankan berdua dalam tabung kecuali mau berdesak-desakan kayak ikan asin.


Satu tabung bisa berdua

Setelah ngobrol cukup lama dengan Pak Steve, maka tibalah waktunya kami dapat giliran untuk merasakan terapi Oxybaric. Kami datang jam 11 siang, tetapi dapat giliran sekitar jam satu siang karena harus antri dengan orang-orang yang datang dari luar kota maupun luar pulau. 

Sekedar info, terapi Oxybaric ini katanya sudah ada cabangnya di beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Bandung. Tetapi biayanya berbeda tergantung lokasi. Di Bintaro konon biayanya sekitar 300 ribuan meskipun menggunakan tabung yang sama. Karena ya itu tadi, faktor lokasi juga menentukan harga.

Selain itu, menurut Pak Steve kadang orang lebih suka datang kemari jauh-jauh karena suasana pedesaannya yang lebih sejuk daripada di kota, dan menurut informasi salah satu petugas di sana, katanya bedanya dengan cabang lain adalah oksigen yang digunakan di Oxybaric Center sini digabungkan juga dengan oksigen alam. 

Tapi salah satu kelebihan lainnya kalo menurut saya pribadi adalah karena pembawaan Pak Steve yang sangat ramah dan perhatian dengan para kliennya, beliau selalu mengecek perkembangan para klien yang menginap serta memberikan semangat mereka untuk sembuh. 

Nah, sebelum terapi, sebaiknya beritahu petugas jika Anda baru pertama kalinya terapi Oxybaric. Karena dengan begitu mereka akan menginformasikan apa saja yang harus Anda lakukan saat terapi berlangsung.

Misalnya, jika Anda baru pertama kali, maka kemungkinan akan merasa telinga tersumbat selama 2-3 menit awal. Bahkan terasa sakit dan berdenyut seperti yang saya dan adik saya rasakan. Ini diakibatkan oleh tekanan oksigen, umumnya terjadi pada sesi pertama dan kedua saja, sedangkan sesi yang selanjutnya sudah tidak akan terasa lagi.

Untuk pemula, 1 sesi terapi durasinya 1 jam, dan dalam satu hari bisa dilakukan terapi maksimal 4 kali dengan interval 1 jam istirahat sebelum lanjut ke sesi berikutnya. Tapi kalau ingin istirahat lebih lama juga tidak apa-apa. Apalagi kalau antrian penuh, belum tentu kita kebagian sesi selanjutnya dalam 1 jam ke depan. Karena itu bagi mereka yang sudah biasa, kadang suka ada yang minta satu sesi diborong 2 jam sekaligus.

30 menit pertama dalam tabung kita disarankan untuk tidak melakukan aktivitas apapun selain diam dan berbaring, atau miring ke kiri/kanan senyamannya kita saja. Setelah 30 menit, barulah boleh lakukan aktivitas lain seperti membaca buku misalnya, karena saya lihat juga ada beberapa pasien yang santai baca buku di dalam tabung.

Sekitar 10 menit sebelum terapi usai, petugas akan mengetuk kaca dan memberi isyarat untuk berbalik badan alias tengkurep sampai tabung dibuka oleh petugas. Saat itu dapat terjadi cairan hidung jadi banyak keluar, bahkan tak jarang mimisan seperti dialami oleh saya dan adik saya, karena itulah sebelum masuk tabung kita disuruh untuk ambil tisu dulu sebanyak-banyaknya yang sudah disediakan di meja petugas.

Adik saya dan ibu saya diterapi di tabung yang sama, sedangkan saya misah sendirian di tabung lain. Gak bisa dipungkiri ada sedikit rasa deg-degan saat awal di dalam tabung, apalagi pernah baca tentang kecelakaan terbakarnya chamber hiperbarik di RSAL Mintohardjo yang menewaskan 4 orang di dalamnya, yang diduga akibat korsleting listrik sehingga menyebabkan percikan api di dalam chamber dan menimbulkan kebakaran.

Pencitraan dulu sesaat sebelum masuk tabung

Sebagai info, oksigen murni mudah terbakar, karena itu saat terapi sebaiknya lepaskan semua benda-benda yang berpotensi meledak atau menyebabkan api. Di papan pengumuman yang dipasang di ruang terapi tertulis agar kita tidak membawa barang-barang berikut ke dalam tabung.
  1. Pemantik Api / korek gas
  2. Minyak angin
  3. Semprotan parfum / hair spray
  4. Remote kendaraan bermotor
  5. Handphone
  6. Dan barang-barang mudah terbakar atau meledak lainnya. Mungkin seperti pistol, dinamit, bazooka, hingga rudal nuklir.
Kemudian setelah masuk dalam tabung yang sekilas terbayang seperti keranda jenasah itu, tabung pun ditutup rapat oleh petugas, dan kita akan disemprot oleh oksigen murni bertekanan tinggi yang semprotannya terletak tepat di atas kepala. 

Di dalam tabung terdapat timer dan pengukur suhu. Suhu di dalam tabung berkisar antara 24-25 derajat celcius. Cukup dingin apalagi kalau terapi dilakukan di pagi hari saat udara masih dingin. Tapi kita tidak disarankan memakai jaket ataupun penghangat lainnya. Bahkan yang berkerudung pun katanya sebaiknya dilepas dulu kerudungnya supaya lebih maksimal terapinya.

Suasana di dalam tabung terapi Oxybaric

Nah, 2-3 menit pertama inilah yang terasa menyiksa, karena selain merasakan telinga tersumbat, telinga sebelah kanan saya terasa sakit yang menjalar sampai ke leher. Sakitnya agak tidak tertahankan sampai pengen teriak rasanya, tapi saya berusaha bertahan, mengatur napas, dan secara tak sengaja menemukan trik mengurangi rasa sakitnya yaitu dengan cara berbaring menyamping, dengan posisi telinga yang sakit berada di bawah, dan disertai dengan menelan ludah berkali-kali. 

Sedangkan adik saya merasakan sakitnya sampai ke tempurung kepala, sehingga dia sempat menggedor-gedor kaca dan melambaikan tangan ke arah kamera, karena khawatir ada yang salah dengan terapinya.

Tapi petugas memberitahu bahwa itu tidak apa-apa, adik saya diminta bertahan 2 menitan saja. Dan memang, sekitar 3-5 menit kemudian rasa sakit di telinga itu pun hilang, suasana pun menjadi damai sentosa kembali, sisanya tinggal rileks menikmati terapi.

Sebenarnya di dalam tabung ada tombol bantuan untuk menghubungi petugas jika terjadi apa-apa, tetapi di tabung yang dimasuki adik saya dan ibu saya kebetulan tidak ada alat komunikasinya, mungkin karena sedang rusak atau belum terpasang. Dan sejauh ini kabarnya tidak ada yang sampai menghubungi petugas karena hal yang gawat kecuali efek sakit telinga saja.

Soal sakit telinga ini ternyata ada perbedaan informasi dari petugas dan dari Pak Steve sendiri. Menurut Pak Steve ketika adik saya bertanya tentang sakit telinga yang tak tertahankan saat terapi, Pak Steve bilang harusnya tekanan oksigennya disetel bertahap dari rendah ke tinggi. Tetapi menurut salah satu petugas malah lain lagi infonya, dia bilang justru harus disetel tinggi dari awal biar lebih efektif terapinya. 

Entah mana yang benar, tapi saran saya jika Anda baru pertama kali terapi Oxybaric dan khawatir tidak kuat menahan sakit telinga, maka sebaiknya minta petugas untuk menaikkan tekanan oksigen secara bertahap. Adik saya melakukan itu, pada sesi kedua dan berikutnya dia minta diterapi dengan tekanan oksigen yang bertahap sehingga tidak merasakan sakit lagi di telinganya. Sedangkan saya tetap bertahan dengan tekanan oksigen normal, meskipun sesi yang kedua telinga saya jadi lebih sakit, tapi ketika memasuki sesi 3 dan sesi terakhir, saya sudah tidak merasakan sakit telinga lagi.

Nah, karena efek sakit telinga yang masih terasa setelah sesi terapi inilah, kami batal terapi 3 sesi dalam sehari, sehingga memutuskan untuk menjalani 2 sesi saja dulu dan menginap sehari untuk kemudian esok harinya lanjut 2 sesi terapi lagi sebelum pulang ke Bandung.

Saat sudah melewati 5 menit pertama terapi, saya berusaha untuk tidak menganalisa dan mikirin sembuh atau nggak, pokoknya pasrah dan dinikmati saja. Toh namanya juga ikhtiar. Hasilnya saya ketiduran dan tahu-tahu kaca diketuk oleh petugas pertanda saya harus tengkurep. Tapi pada sesi pertama saya gak ngeh kalau itu isyarat untuk tengkurep, saya pikir itu tanda saya dibangunin karena terapi mau selesai wkwkwk. 

Sesi berikutnya saat saya tengkurep, saya baru sadar bahwa semprotan oksigen jadi berada tepat di ubun-ubun, dan 5 menit menjelang tabung dibuka, tekanannya mendadak menjadi semakin tinggi sehingga saya merasakan dingin di kepala, telinga jadi agak sakit lagi, dan baru sadar ketika ada darah menetes dari hidung meski tidak sebanyak adik saya yang mimisannya parah.

Tapi karena sudah tahu itu efek detox, saya tidak khawatir. Lagipula sesi terakhir sudah berkurang banyak mimisannya, dan habis terapi rasanya badan jadi fresh. Efeknya terasa saat bangun tidur, karena tidur lebih pulas dan bangun jadi lebih segar. Tapi setelah sesi pertama dan kedua, memang sakit di telinga masih terasa. Bahkan adik saya masih merasa agak sakit saat bangun tidur keesokan harinya.

Jadi kalau berdasarkan pengalaman sih, kalau Anda merasakan sakit telinga di sesi pertama, mungkin sebaiknya sesi berikutnya jangan terlalu dekat. Ambil jarak 2-3 jam saja dari sesi pertama ke sesi kedua. Karena saya merasakan sendiri kalau jarak dari satu sesi pertama ke sesi kedua terlalu dekat, telinga masih belum benar-benar pulih dan masih berasa sakit. Sehingga kalau langsung terapi lagi satu jam berikutnya, justru malah berefek telinga lebih sakit lagi pada menit-menit awal sesi kedua.

Untuk hal ini sebaiknya Anda konsultasi dulu dengan Pak Steve sebelum terapi, karena beliau akan kasih instruksi ke staffnya untuk mengatur setelan tekanan oksigen. Dan meskipun Pak Steve tidak cerita tentang efek samping dari terapi ini, jika Anda Googling tentang efek samping terapi hiperbarik, maka Anda juga menemukan informasi yang mengatakan bahwa jika dosis oksigen yang diberikan tidak disesuaikan dengan kondisi pasien, maka ada resiko efek samping sebagai berikut:
  1. Kerusakan paru-paru 
  2. Kerusakan di bagian sinus 
  3. Kebocoran atau keluarnya cairan dari telinga bagian dalam
  4. Perubahan penglihatan yang menyebabkan rabun jauh atau myopia 
  5. Keracunan oksigen yang dapat berakibat kegagalan pernapasan, cairan di paru-paru, atau kejang
  6. Kelelahan atau kelaparan setelah terapi
Secara umum, efek samping yang terjadi biasanya bersifat ringan selama terapi oksigen hiperbarik tak berlangsung lebih dari 2 jam dan tekanan di dalam ruangan kurang dari 3 kali dari tekanan normal atmosfir. 

Total terapi yang saya jalani bersama adik dan ibu saya hanya dua hari saja sebanyak 4 sesi saja, karena kami sedang banyak urusan di Bandung. Tapi ibu saya rencananya mau balik lagi dan ingin terapi selama seminggu karena sudah merasakan sakit pinggangnya sembuh setelah terapi meskipun lututnya yang sakit belum terasa ada perbaikan.

Sementara adik saya baru merasakan nafasnya jadi lebih lega dan panjang, sedangkan ketegangan otot lehernya belum terasa ada perubahan.

Saya sendiri merasakan sakit pinggang berkurang meski tidak signifikan. Tetapi engkel kiri saya yang cedera saat latihan parkour dan tidak kunjung sembuh juga meski sudah beberapa kali diurut, ternyata hilang sakitnya. Selain itu, entah rematik atau apa namanya, saya biasanya bangun tidur dengan kedua tangan yang kesemutan dan jari-jari yang kaku. Tetapi sehari setelah terapi, saya tidak lagi merasakan kesemutan. Jadi walaupun pinggang saya belum 100% sembuh, tapi ada penyakit lain yang sembuh dari 4 sesi terapi selama dua hari tersebut.

Mungkin yang berikutnya saya juga mau atur waktu untuk terapi selama 1 minggu bersama ibu, adik, dan rencananya kakak dan ipar saya.  

Oya, menurut petugas, efek terapi Oxybaric ini ada yang dirasakan langsung, tapi ada juga yang baru bereaksi setelah pasien pulang ke rumah. Malah kadang detox bisa terjadi justru setelah pasien pulang ke rumah. Jadi kasusnya bisa beda-beda tiap orang. Jadi kalau misalnya Anda terapi selama 3-7 hari tapi tidak merasakan apapun, maka hanya ada tiga kemungkinan.
  1. Sesi terapinya kurang
  2. Efeknya baru terasa setelah terapi
  3. Mungkin bukan jalannya sembuh lewat terapi tersebut
Karena meski dengan segala kemanjuran yang sudah dirasakan banyak orang, bukan berarti terapi ini adalah obat dewa yang pasti bisa menyembuhkan semua penyakit. 

Meskipun demikian, berikut adalah beberapa manfaat dari terapi Oxybaric yang sudah terbukti khasiatnya.
  • Melancarkan sirkulasi darah
  • Mengencangkan kulit yang berkerut karena penuaan
  • Mempercepat proses penyembuhan luka luar
  • Mempercepat penyembuhan cedera olahraga 
  • Membantu pemulihan pasca terapi radiasi
  • Membantu menghilangkan ketergantungan narkoba atau alkohol
  • Menekan radikal bebas
  • Meningkatkan kebugaran dan vitalitas tubuh
  • Menjaga tubuh tetap sehat, cantik, dan awet muda (Ganteng kok gak ada ya?)
Sedangkan daftar penyakit yang bisa dibantu kesembuhannya yang tertulis dalam brosurnya adalah sebagai berikut:
  • Stroke
  • Diabetes 
  • Jantung
  • Migrain
  • Epilepsi
  • Bronchitis 
  • Asthma
  • Darah tinggi
  • Parkinson 
  • Alzheimer
  • Pikun 
  • Hepatitis
  • Disfungsi ereksi
  • Kemandulan
  • Stress
  • Insomnia
  • Glaukoma 
  • Autis 
  • Cerebral palsy
  • Syaraf kejepit
  • Kanker usus
  • Lupus 
  • Gangguan jiwa
  • Dll.
Terapi ini pun bisa kita lakukan meskipun sedang tidak sakit dengan tujuan untuk recharge badan. Jadi nantinya kalau mau sebulan sekali terapi selama satu hari 3 sesi juga sangat bisa.

Kurang lebih Anda butuh biaya Rp.1.380.000 jika menjalani terapi minimal 3 hari dengan 3 sesi per hari dan menginap di kamar dengan biaya 100 ribu per hari (kamar mandi luar). Masih termasuk murah untuk terapi seperti itu kalau menurut saya jika dibandingkan menjalani terapi hiperbarik di rumah sakit yang bisa mencapai 300 ribu - 400 ribu per sesinya, sehari saja bisa kena sejutaan kalau ambil 3 sesi. 

Tapi kalau Anda lebih suka di rumah sakit yang menyediakan terapi hiperbarik karena lebih dekat dari rumah, atau lebih dekat dengan lokasi cabang Oxybaric di kota Anda, maka Anda pun bisa menjalani terapi di sana dan tidak harus jauh-jauh ke Sukabumi.


Nah, demikianlah tulisan panjang tentang pengalaman pertama menjalani terapi Oxybaric. Saya bukan marketing Oxybaric dan tidak punya afiliasi apapun dengan Oxybaric Center. Tulisan ini sekedar menyampaikan pengalaman saya dalam menjalani terapi Oxybaric, siapa tahu bermanfaat bagi yang membutuhkan informasinya, karena kalau saya Googling tentang terapi ini, sejauh saya browsing, saya belum menemukan tulisan yang benar-benar detail tentang pengalaman menjalani terapi Oxybaric atau hyperbaric. 

Saya juga gak menjamin Anda pasti sembuh kalau menjalani terapi ini, karena sekali lagi terapi ini hanya ikhtiar kita dalam mencari kesembuhan. Tetapi gak ada salahnya dicoba. 

Jadi kalau ditanya apakah saya merekomendasikan? Maka jawabannya adalah... 

“Kalau saya sih yes, gak tahu kalau Mas Anang”.

Demikian semoga bermanfaat.

Wednesday, July 24, 2019

Cara Memotong dan Memisahkan Anak Lidah Buaya

No comments

Waktu pertama kali lidah buaya saya beranak, saya awalnya membiarkan saja dia tetap bersama induknya, sampai suatu hari membaca artikel yang mengatakan bahwa kalau dibiarkan saja maka dia bisa rebutan makanan dengan induknya.

Kalau yang saya lihat, beberapa daun lidah buaya induknya ada yang jadi mengering dan mati, mungkin itu efek dari rebutan makanan pikir saya. Maka saya pun mencoba memisahkan si anak dari induknya walaupun masih piyik.

Tapi ketika saya mau cabut ternyata susah, saya bongkar tanahnya ternyata masih ada semacam pipa yang menghubungkan si anak dengan induk lidah buaya, mungkin semacam tali ari-ari kalau di manusia. Lalu saya potong begitu saja si pipa tersebut dan saya pindahkan si anak ke pot baru.

Tetapi, si anak yang baru dipindahkan tersebut dari hari ke hari warnanya perlahan-lahan mulai menghitam warnanya seolah mau mati. Saya pikir, "Wah pasti salah nih cara nyabutnya..." tapi saya berharap dia bisa tetap hidup, maka saya pun suka bicara pada dia dan mengatakan, "Hidup ya...bertahanlah..."

Semakin hari tak ada perubahan warnanya tetap gelap, sampai akhirnya suatu hari saya harus pergi ke luar kota selama seminggu, maka saya siram dulu si anak lidah buaya itu dan induknya. Ini artinya selama satu minggu dia gak akan ada yang menyirami, karena biasanya saya siram mereka 3 hari sekali. Tapi setau saya lidah buaya ini kuat walaupun sampai satu minggu tidak disiram.

Dan ketika saya kembali dari luar kota, saya kaget karena anak lidah buaya tersebut warnanya kembali jadi cerah seolah dia bangkit dari kematian wkwkwk. Saya gak punya foto sebelumnya waktu warnanya masih hitam, tapi inilah penampakannya sekarang setelah seger lagi.

Anak lidah buaya yang bangkit dari kubur :v
Saya gak tahu apakah menghitamnya warna daunnya waktu itu adalah efek asal cabut, atau memang ada fase dia jadi hitam dulu sebelum hijau lagi, tapi yang jelas saya lebih hati-hati dan jadi gak mau asal cabut kalau lidah buayanya beranak lagi.

Nah, belum lama ini, ternyata lidah buaya saya beranak lagi. Seneng dong lihatnya. Tapi kali ini saya gak mau gegabah asal cabut, jadi saya pun googling mencari cara memisahkan anak lidah buaya dan induknya. Tapi entah sayanya yang kurang teliti atau gimana, saya hampir tidak menemukan info cara memotong dan memisahkan anak lidah buaya dari induknya. Ada satu blog yang menjelaskan bahwa anak lidah buaya yang masih piyik pun sudah bisa dipisahkan, tapi tidak menjelaskan secara detail bagaimana cara memotong anak lidah buayanya dengan baik dan benar.

Maka saya pun mencoba bereksperimen. Pertama, saya biarkan si anak lidah buaya agak gedean dikit, karena waktu itu masih piyik banget dan saya gak tega untuk mencabutnya, soalnya serasa merebut anak bayi yang lagi nyusu sama ibunya wkwkwk.

Kurang lebih satu bulanan saya biarkan dia membesar dulu sedikit. Dan ketika saya lihat daun induknya mulai ada yang mengering mungkin karena efek rebutan makanan, maka saya pun berkata, "Ini sudah saatnya..."

Kali ini saya lebih berhati-hati, saya gali dulu tanah di sekitar anak lidah buaya tersebut. Dan JEJEENGG! Saya melihat pemandangan yang agak berbeda dengan waktu pertama kalinya saya memotong anak lidah buaya. Karena kali ini saya melihat anak lidah buaya ini ada beberapa akar yang tumbuh di sekelilingnya. Sedangkan dulu waktu mencabut anak lidah buaya yang pertama, saya tidak melihat itu.

Anak lidah buaya sudah berakar
Melihat anak lidah buaya yang berakar ini membuat saya jadi pede untuk mencabutnya. Karena ini berarti dia sudah bisa mandiri menyerap makanan dari akarnya tanpa perlu bergantung lagi pada induknya. Tapi meskipun begitu saya tetap berusaha mencabutnya dengan hati-hati.

Dan tanpa disangka-sangka, ternyata mencabutnya mudah sekali tidak seperti dulu waktu pertama kali mencabut anak lidah buaya yang masih bayi. Kali ini sepertinya saya mencabutnya disaat yang tepat.

Anak lidah buaya yang berhasil dicabut dengan mudah

Maka saya pun mulai menyiapkan pot baru untuk sikecil ini. Kalau menurut artikel yang pernah saya baca, konon katanya ada dua hal yang perlu diperhatikan saat memindahkan anak lidah buaya ke pot yang baru.

Yang pertama, diamkan dulu anak lidah buayanya selama beberapa hari dalam arti jangan langsung ditanam. Itu berarti dia dibiarkan tergeletak tanpa tanah. Tapi saya kok gak tega ya wkwkwk, saya khawatir salah langkah dan menyebabkan anak lidah buaya ini mati. Jadi saran ini saya skip, dan saya langsung menanamnya hari itu juga supaya dia bisa tetap berada di tanah dan menyerap sari-sari makanan dari situ.

Penampakan tanah dan pot yang saya gunakan untuk anak lidah buaya
Yang kedua, konon katanya kita harus menyiapkan tanah berpasir yang kering untuk menanam lidah buaya. Intinya sama kayak nanam kaktus, jenis tanahnya disarankan seperti itu. Tapi saya juga skip saran ini karena banyak tanah yang bisa dimanfaatkan di halaman depan rumah saya, jadi saya mengambil tanah yang ada saja, bahkan saya siram dulu tanahnya sebelum ditanami anak lidah buaya.

Keluarga Aloe Vera
Udah deh, gitu aja. Jadi sekarang anggota keluarga lidah buaya saya ada empat. Satu induk dan tiga anak. Tapi anak yang paling kiri bukan anak kandung induk lidah buaya yang saya punya, dia anak tiri, gak tau anak siapa wkwkwk.

Dia saya temukan di halaman rumah mertua saya dalam keadaan masih kecil banget, bentuknya pun masih belum jelas lidah buaya atau bukan, karena seingat saya waktu itu tumbuhnya sendirian di tanah yang gak ada lidah buaya lain.

Entah dia anak yang tertinggal atau ditelantarkan orang tuanya, atau mungkin tumbuh dengan sendirinya. Tapi waktu itu saya berinisiatip untuk mengambilnya dan waktu itu saya tanam di pot yang sama dengan lidah mertua yang sedang saya kembangbiakkan juga. Kemudian lama kelamaan dia makin membesar sehingga terlihat jelas dia adalah lidah buaya. Karena itu sekarang dia sudah diadopsi dan masuk kartu keluarga anak keluarga lidah buaya saya hehehe.

Kesimpulannya, saya gak tahu apakah cara saya memotong dan memisahkan anak lidah buaya ini benar atau nggak, yang jelas sampai hari ini semua lidah buayanya sehat wal afiat. Tapi kalau ada di antara anda yang lebih tahu cara yang lebih baik untuk mengembangbiakkan lidah buaya, dengan senang hati saya tunggu sarannya 

Thursday, July 18, 2019

Menanam dan Merawat Lidah Buaya Dalam Pot

No comments
Sejak setahun yang lalu saya tiba-tiba tertarik untuk mengembangbiakkan Lidah Buaya dan Lidah Mertua. Awalnya karena waktu itu sedang musim kemarau, dan cuaca yang panas membuat saya merasa gerah di dalam rumah. Tapi daripada pasang AC, saya lebih tertarik menggunakan cara yang alami. Karena itu saya Googling untuk mencari tipe tanaman yang membuat udara dalam ruangan jadi adem.

Saya menemukan beberapa tanaman yang konon katanya bisa membuat udara dalam rumah menjadi lebih adem. Beberapa di antaranya adalah Lidah Buaya dan Lidah Mertua. Kebetulan di rumah mertua saya ada lidah buaya yang gak keurus, sebagian daunnya mulai menguning, ada bagian yang patah, dan ada bekas terbakar, karena di depan rumahnya tiap hari suka ada anak-anak muda nongkrong sambil merokok, dan mereka buang puntung rokok sembarangan sehingga sering mengenai tanaman lidah buaya tersebut.

Maka saya pun meminta lidah buaya itu pada mertua saya untuk saya adopsi dan saya tanam di rumah. Yang ukurannya gede saya tanam langsung di tanah, dan yang masih agak kecil saya tanam dalam pot.

Lidah buaya yang saya selamatkan dari rumah mertua
Awalnya saya gak paham cara merawat lidah buaya ini, karena dulu saya gak suka bercocok tanam. Maka saya perlakukan lidah buaya ini asal saja tanpa saya mencari tahu bagaimana cara merawatnya dengan baik dan benar.

Saya menyiramnya setiap hari dan menyimpannya di ruang terbuka yang terkena sinar matahari. Tapi ternyata...cara ini salah sodara-sodara. Karena lidah buayanya lama kelamaan mengalami perubahan warna, ada yang daunnya jadi gelap warnanya, dan ada yang menguning lalu membusuk dan akhirnya mati 

Dari situ barulah saya mencari tahu bagaimana cara merawat lidah buaya yang benar. Dan saya mendapatkan informasi bahwa ternyata lidah buaya ini tidak boleh disiram setiap hari karena daunnya sendiri sudah mengandung air. Maka konon menurut saran yang saya baca dari blog maupun youtube, menyiram lidah buaya cukup 2-3 kali saja seminggu. Tetapi berdasarkan pengalaman saya pribadi, ternyata menyiramnya seminggu sekali pun cukup, bahkan lebih cepat berkembangnya dibandingkan kalau disiram lebih dari 1 kali dalam seminggu.

Lidah buaya yang saya kembangbiakkan dalam pot
Kemudian, saya juga baru tahu bahwa lidah buaya ini ternyata tidak boleh kena sinar matahari langsung. Karena saya sudah pernah membuktikan sendiri ketika kena sinar matahari langsung, daunnya mulai berwarna merah kecoklatan seperti terbakar. Tapi ketika saya amankan ke tempat yang teduh, daunnya perlahan pulih dan kembali berwarna hijau.

Agak berbeda dengan pengalaman teman saya yang katanya punya lidah buaya liar banyak banget di halaman rumahnya. Semuanya tumbuh tanpa masalah dan beranakpinak dengan cepat meskipun tiap hari kena panas atau hujan. Hmm...entahlah saya gak tahu, tapi mungkin karena mereka tumbuh liar jadinya daya tahannya lebih kuat dibandingkan yang dikembangbiakkan secara manual.

Yang jelas saya sih sudah membuktikan sendiri kalau disiram tiap hari dan kena sinar matahari langsung, tanaman lidah buaya ini malah bisa membusuk dan mati. Jadi saya berkesimpulan lebih baik cari aman aja, siram seminggu sekali dan jangan kena sinar matahari langsung.

Alhamdulillah dengan cara ini lidah buaya saya mulai berkembang dengan baik bahkan sudah mulai beranak pinak. Sungguh senang saat melihat usaha budi daya saya berhasil meskipun saya belum tahu ke depannya mau saya jadikan apa hasil budi daya ini apakah mau dijual atau dimanfaatkan daunnya untuk obat, entahlah belum kebayang. Tapi yang jelas saya senang bisa mulai bercocok tanam walaupun mulai dari tanaman-tanaman yang sederhana.

Barangkali anda ada yang tahu cara menanam, merawat, dan mengembangbiakkan lidah buaya alias aloe vera ini dengan metode yang lebih baik, silahkan kasih tau saya 


Saturday, July 13, 2019

Nonton Spider-Man: Far From Home

No comments
Sebagai penikmat film-film Marvel Cinematic Universe, maka ketika Spider-Man: Far From Home tayang perdana, saya pun memilih nonton di hari pertama tayang di jadwal yang sepagi mungkin biar bisa menebar spoiler dengan penuh cinta kasih pada orang-orang yang belum nonton hehehe.

Apalagi film ini konon katanya adalah penutup fase 3 MCU setelah Avengers: Endgame, meskipun banyak yang menyangka bahwa Endgame adalah penutup dari fase 3 film-film Marvel.

Tapi dari trailernya di youtube pun kita masih bisa menyaksikan bahwa film ini masih ada kaitannya dengan Infinity Saga, karena  cerita dalam film ini kejadiannya adalah pasca Avengers: Endgame.

Lihat trailernya sih sepertinya lumayan walaupun saya gak terlalu antusias nontonnya, mungkin karena kecewa waktu nonton filmnya yang pertama yaitu Spider-Man: Homecoming yang menurut saya ceritanya ABG banget dan itu sebetulnya wajar karena Spider-Man nya juga masih abege wkwkwk. Mungkin karena faktor usia yang sudah tidak abege yang membuat saya kurang cocok dengan film-film bertema remaja. Beda waktu nonton Spider-Man versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield, cerita dan dialog-diaognya lebih dewasa sehingga bisa lebih masuk untuk orang seusia saya.

Kali ini saya kebagian jadwal nonton jam 09.00 pagi di CGV Metro Mall Indah Bandung. Ini adalah jadwal nonton terpagi saya sejauh ini, setelah sebelumnya selalu nonton di jadwal sore atau malam karena harus tunggu istri selesai dagang. Tapi berhubung tanggal 3 Juli kemarin istri saya sedang libur dagang, maka dia pun bisa temenin saya untuk nonton di jadwal paling pagi tersebut. Ini rekor saya nonton paling pagi dan sepertinya harus dirayakan dengan makan-makan wkwkwk.

Seperti biasa saya sudah memesan tiket secara online melalui aplikasi CGV, dan saya ajak istri saya nonton meskipun sebenarnya dia gak suka genre film superhero karena dia mah demennya drama korea, tapi sebagai istri yang baik dia selalu menemani saya nonton film-film superhero kegemaran saya meski usia sudah tak lagi abege. Dan seperti biasa kalo nonton di CGV saya memilih tempat duduk Sweet Box biar romantis dan bisa peluk-pelukan sama istri hehehe. Yang belom nikah jangan peluk-pelukan dulu yah, halalkan dulu pasanganmu baru boleh peluk-pelukan 

Nah, tibalah waktunya film dimulai. Saya pun nonton tanpa pasang ekspektasi tinggi untuk film ini. Adegan awal yang menampilkan Nick Fury dan Cobie Smulder memeriksa reruntuhan dan disusul dengan kemunculan Mysterio itu cukup oke. Kemudian disusul dengan opening title, dan adegan berikutnya barulah menampilkan kehidupan Peter Parker pasca Endgame.

Secara keseluruhan, jalan cerita Far From Home ini lebih oke dari Homecoming, tapi dialog-dialog gaya ABG dan komedi filmnya masih tetap kurang masuk buat saya. Beberapa adegan komedi seperti waktu Ned jatuh cinta pada Betty itu cukup lucu tapi sisanya cuma bisa bikin saya dan istri saya nyengir kuda aja. Dialog-dialog gaya ABG nya pun agak boring menurut saya.

Tapi dari sisi CGI dan fight scenenya jelas keren banget, terutama waktu adegan Spider-Man melompat sana-sini untuk melawan drone-drone milik Mysterio. CGI nya sudah jauh lebih keren daripada jaman Spider-Man Tobey Maguire.

Mungkin yang agak mengecewakan di sini adalah karena monster-monster yang muncul di film ini ternyata hanya ilusi yang dibuat oleh Mysterio. Selain itu, Mysterio ternyata bukan dari universe lain, dia berbohong soal multiverse, sehingga yang nonton trailernya dan menyangka MCU akan memperkenalkan konsep multiverse di film ini mungkin akan sedikit jengkel karena bukan multiverse betulan yang diceritakan dalam film ini, tidak seperti multiverse yang diceritakan di film kartun Spider-Man: Into The Spider-verse.

Dan kalo anda pemerhati simbol illuminati, anda akan melihat pesan illuminati di sini ketika Mysterio mengeluarkan kekuatannya, cahaya hijau yang keluar dari tangannya membentuk segitiga dan ada simbol satu mata di tengah segitiganya. Coba aja perhatikan baik-baik hehehe. Eh di posternya juga ada simbol segitiga loh, lihat aja gambar paling atas di postingan ini 

Ada kejutan di post credit scene yang pertama ketika muncul tokoh Jonah Jameson yang diperankan oleh J.K Simmons, orang yang sama yang memerankan Jonah Jameson di film-film Spider-Man nya Tobey Maguire. Ini nostalgia banget walaupun Jonah Jamesonnya sudah agak botak, tapi gaya cerewetnya masih tetap sama seperti dulu. Dan lebih mengejutkan lagi ketika identitas Spider-Man diungkapkan oleh Jonah Jameson melalui video yang diunggah Mysterio sebelum kematiannya.

Itulah ending yang ngeselin, karena setelah identitas Spider-Man diungkap, film pun berakhir, membuat penonton penasaran dan bertanya-tanya kapan sequelnya tayang. Ya, karena konon Tom Holland masih punya kontrak satu film Spidey lagi, walaupun pihak Sony mengancam akan mengambil kembali hak film Spider-Man jika penghasilan dari Far From Home yang bekerjasama dengan Marvel ini tidak mencapai 1 milyar dolar. Dan jika itu terjadi, ada kemungkinan Tom Holland akan diganti oleh aktor lain di film Spider-Man versi Sony.

Buat saya sih bodo amat itu urusan mereka wkwkwk. Yang jelas, sebagai hiburan film Spider-Man: Far From Home ini cukup oke lah. Tapi seru banget sih nggak. Biasanya sih ukuran serunya sebuah film buat saya ada dua.

Pertama, ada memorable scene yang selalu mengingatkan pada film tersebut. Misalnya adegan munculnya Thor di Wakanda diiringi OST Avengers dalam film Infinity War. Adegan epic tersebut selalu terbayang di kepala, apalagi waktu itu penonton serentak bertepuk tangan riuh termasuk saya hehehe.

Kedua, saya selalu ingin nonton lagi filmnya. Infinity War dan Lord of The Rings termasuk film-film yang saya tonton lebih dari satu kali dan gak bosen nontonnya.

Nah, sayangnya film Spider-Man yang ini bagi saya gak ada memorable scene dan juga gak bikin saya pengen nonton lagi. 

Jadi, bagi saya film Far From Home ini biasa aja, tapi lumayan sih buat hiburan mah gak mengecewakan. Jadi saya kasih skor 7.5/10 saja untuk film ini. Anda mungkin berbeda, karena selera kita gak sama hehehe.

Oh ya, ini adalah pengalaman pertama kalinya saya nonton di CGV Metro Mall, dan ada sedikit ganjalan di hati saya. Yaitu ketika kami sampai di CGV jam 8.30 pagi, kami melihat sudah cukup banyak orang yang berkumpul tapi loket penjualan tiket belum dibuka, padahal tinggal 30 menit lagi menuju jam tayang. Dan para karyawannya belum terlihat nongol, sepertinya masih beres-beres di dalam.

Saya sih sudah pesan tiket secara online, tapi ternyata mesin tiketnya juga belum dinyalakan. Jadilah saya dan beberapa orang yang sudah pesan tiket online harus tetap mengantri di depan mesin tiket menunggu mesinnya dinyalakan. Saya jadi sempat ragu apakah benar filmnya jadi tayang jam 9 pagi atau jangan-jangan bakalan dimundurin karena karyawan belum pada datang.

Kurang lebih 10 menit menjelang film tayang barulah mulai banyak karyawan bioskop yang bermunculan. Mereka mulai menyalakan mesin tiket, mesin kasir, layar monitor, dan semua yang perlu dinyalakan lainnya.

Untung penonton gak berjubel di jam 9 ini jadi meskipun sudah mendekati injury time menjelang jam tayang, tidak ada keterlambatan yang berarti dan para penonton bisa masuk teater tepat waktu.

Entah prosedurnya memang begitu atau karyawannya yang telat datang, saya gak tahu. Tapi sebaiknya sih minimal 1 jam sebelum jam tayang semua sudah serba siap biar penonton gak kebingungan dan ngomel-ngomel karena udah datang pagi-pagi tapi bioskopnya belum buka. Kasian kan mereka yang belum terbiasa pesan tiket online dan sengaja datang pagi untuk beli tiket di tempat. Semoga pihak managemen bioskop memperhatikan hal ini.

Demikian postingan kali ini semoga mengharukan.