Blog Punya Sayah

Tempat menuangkan isi kepala biar cepet kaya

Showing posts with label review. Show all posts

Thursday, July 14, 2022

Rekomendasi Jasa Kontraktor Rumah Jogja


Jika anda mencari jasa kontraktor rumah Jogja yang profesional dan direkomendasikan, maka silahkan baca artikel ini sampai selesai.

Bagi anda yang tinggal di Jogjakarta dan ingin membangun rumah atau renovasi rumah, tentunya anda tidak ingin sembarangan menggunakan jasa kontraktor, karena nantinya akan berhubungan dengan budget yang anda punya.

Jasa kontraktor yang baik akan dapat menyelesaikan proyek sesuai jadwal yang ditargetkan. Anda sebagai pengguna jasa kontraktor pastinya tidak mau jika pekerjaan bangunan rumah anda mulur lebih lama dari waktu yang ditargetkan, apalagi ada biaya tambahan, atau paling parahnya sampai terbengkalai karena kontraktornya tak bertanggungjawab dan kabur begitu saja.

Anda tidak akan mau menggunakan jasa kontraktor abal-abal yang tidak jelas track recordnya. Nah, kabar baiknya bagi anda yang tinggal di wilayah Jogja dan sekitarnya, saya punya rekomendasi jasa kontraktor profesional yang InsyaAlloh dapat membantu anda mewujudkan rumah impian atau bangunan apapun yang anda ingin bangun.

Wijoyo Kanopi (WK) adalah jasa kontraktor Jogja yang saya maksud. Mereka memiliki team profesional dan sudah berpengalaman lebih dari 15 tahun mengerjakan berbagai proyek bangunan di Jawa hingga Bali.

Adapun proyek-proyek yang mereka kerjakan meliputi: 

- Jasa bangun rumah
- Jasa renovasi rumah
- Jasa bangun ruko
- Jasa bangun kost-kostan
- Jasa bangun gedung sekolahan
- Jasa bangun cafe & rumah makan
- Jasa bangun gedung perkantoran
- Jasa bangun gedung perhotelan

Selain itu mereka juga menerima:

- Jasa desain dan perencanaan
- Jasa interior dan kitchen
- Serta pengerjaan pagar dan kanopi sesuai nama usahanya yaitu Wijoyo Kanopi (WK)

Kontraktor rumah Jogja

Oya, Wijoyo Kanopi (WK) ini juga menerima pengerjaan bangunan untuk wilayah-wilayah sekitar Jogja seperti Kulon Progo, Bantul, Wonosari, Klaten, Solo, Purworejo, Magelang, Temanggung, dan Semarang.

Jadi bagi anda yang berdomisili di wilayah-wilayah tersebut, jangan ragu untuk menggunakan jasa kontraktor Wijoyo Kanopi (WK) untuk proyek bangunan anda.

Bagi anda yang ingin tahu lebih banyak tentang Wijoyo Kanopi dapat langsung menghubungi ownernya melalui telepon/Whatsapp di nomor 0878 8351 8880 atau bisa juga mengunjungi website resmi mereka di Jasa Kontraktor Online.

Tuesday, December 14, 2021

Rekomendasi Toko Ban BridgeStone di Bandung Pusat


Jika anda mencari toko ban Bridgestone di Bandung, khususnya wilayah pusat Bandung sekitar alun-alun, maka anda bisa mampir ke toko Central Ban yang lokasinya tidak jauh dari alun-alun dan masjid besar kota Bandung.

Lokasinya ada di Jl. Dewi Sartika No.51, Balonggede, Kec. Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40251. Telepon (022) 4235070, dan chat lewat whatsapp dapat dilakukan melalui nomor 081394993388.

Toko ban mobil yang menjual ban Bridgestone sebagai maskot utamanya tersebut posisinya terletak di sisi kanan jalan. 

Bagi anda yang belum tahu, Jl. Dewi Sartika Bandung adalah jalan satu arah, sehingga begitu memasuki jalan Dewi Sartika pastikan posisi kendaraan anda mengambil sisi kanan jalan, jangan sampai ada di kiri jalan. 

Perlu anda perhatikan, toko ini agak terhalang oleh pohon besar yang berada di samping kiri toko sehingga akan mudah terlewat jika anda memacu kendaraan terlalu cepat. Posisi pohonnya menghalangi pandangan sehingga anda harus segera mulai meminggir ke kanan setelah melewati persimpangan Jl. Kautamaan Istri yang ada toko pakaian Ria Busana di sebelah kanan jalan. 

Dari situ mulailah menjalankan kendaraan anda perlahan-lahan supaya tempatnya tidak terlewat, karena di jalan satu arah anda tidak bisa memutar balik, dan kalaupun mundur anda harus sangat hati-hati karena arus kendaraan di sana cukup padat dan kencang.


Pokoknya patokannya adalah persimpangan pertama yang anda temui ketika masuk jalan Dewi Sartika. Setelah melewati persimpangan itu segera ambil kanan dan jalan perlahan sampai menemukan Central Ban yang terhalang oleh pohon besar.

Untuk rutenya cukup mudah, saya juga menemukan tempatnya dalam sekali jadi melalui Google Maps. Anda bisa klik map di bawah ini untuk mengikuti mapnya melalui Google Maps di ponsel anda.


Central Ban menyediakan berbagai ban mobil berbagai merek mulai dari Bridgestone, Dunlop, dll. Tidak hanya ban mobil, di sini juga tersedia ban motor. Selain itu mereka juga menyediakan jasa spooring, balancing, vulkanisir ban, juga tambal tubeless. Jadi jika ban mobil atau motor anda kebetulan kempes atau bocor ketika anda berada di wilayah Jl. Dewi Sartika Bandung, maka anda bisa langsung meluncur ke Central Ban.


Selain layanan jual ban dan servis seputar ban, mereka juga menyediakan layanan jasa ganti oli. 

Kesan pertama saya ketika bertemu ownernya, menurut saya orangnya sangat ramah dan all out dalam bekerja, karena dia juga turun langsung menghandle pekerjaan dan tidak mengandalkan karyawannya saja.

Untuk soal harga menurut saya standar lah. Mungkin bisa berbeda bagi anda karena harga itu relatif. Lagipula untuk lokasi di pusat kota Bandung dan bukan di pinggiran jalan kampung, harga yang ditawarkan masih masuk akal.

Jadi jika anda mencari lokasi toko ban Bridgestone terdekat di Bandung khususnya sekitar Bandung pusat, maka anda bisa mencoba layanan Central Ban ini.

Jika anda mau tanya-tanya dulu atau mau konsultasi seputar ban dengan ownernya, maka anda dapat menghubungi nomor telepon (022) 4235070.

Anda juga bisa chat lewat melalui whatsapp ke nomor 081394993388.

Adapun nomor whatsapp 081394993388 tersebut hanya untuk chat dan tidak menerima panggilan. Menurut ownernya jika anda ingin berkonsultasi melalui panggilan telepon maka silahkan hubungi pesawat telepon 022-4235070.

Tuesday, June 29, 2021

Pengalaman Meningkatkan Imun Dengan Metode Wim Hof

Hingga pertengahan tahun 2019 saya mudah sekali terkena flu. Paling tidak dalam setahun saya kena flu bisa 2-3 kali khususnya pada saat pergantian musim entah itu musim hujan ke kemarau atau sebaliknya.

Selain itu kalau saya dekat-dekat orang yang sedang flu, maka dalam hitungan menit saya sudah ketularan. Hidung tiba-tiba terasa mampet, tenggorokan pun terasa gatal.

Kalau sudah flu saya lebay sekali. Kayak orang yang sakit parah. Apalagi kalau sudah bersin-bersin rasanya tersiksa sekali, terutamanya karena mengganggu tidur sehingga yang mestinya banyak istirahat malah susah istirahat.

Dan kalau melernya sudah sembuh biasanya akan dilanjut dengan batuk kering yang bisa lama sekali sembuhnya. Bisa sebulan lebih meskipun saya coba berbagai macam obat batuk.

Obat-obatan warung sudah gak mempan untuk saya, tapi kalau obat resep dokter masih ampuh meskipun yang generik. 

Pertengahan 2019 saya terkena flu lagi dan bersin-bersin tengah malam sampai susah tidur, sehingga saya memutuskan untuk pergi sendiri ke klinik 24 jam di tengah malam dimana seharusnya para mahluk halus yang beredar. Sembuh sih setelah beberapa hari, tetapi setelah itu saya memutuskan cukup sudah, saya gak mau lagi gampang sakit flu kayak gini.

Lalu saya pun mencari metode kesehatan alternatif untuk mengatasi hal ini. Dan setelah trial error mencoba beberapa metode, saya akhirnya bertemu dengan metode Wim Hof yang terkenal itu.

Saya install aplikasinya di smartphone dan mengikuti step by step cara untuk menjadi tahan dengan dingin. Dan setelah kurang lebih satu minggu berlatih pernafasan serta mandi air dingin, ternyata hasilnya membuat netizen melongo! Karena saya mulai kebal dengan rasa dingin, saya mulai tidak pakai selimut saat tidur, dan saya mulai ketagihan mandi air dingin di pagi hari, padahal biasanya saya lebih sering mandi air hangat. Dan setelah itu saya mencapai rekor tidak kena flu lagi hingga akhir tahun 2020. 

Di awal 2021 saya sempat kena flu lagi tapi itupun akibat kurang tidur selama 2 hari berturut-turut sehingga menyebabkan badan saya jadi lemah dan kena flu lagi, apalagi cuaca sedang dingin-dinginnya waktu itu.

Tetapi yang mengejutkan adalah recoverynya sangat cepat, saya hanya sempat meler selama 1 hari, sehingga 1 hari itu saya hanya gunakan untuk makan dan tidur. Besoknya saya sudah enakan dan esok lusanya saya sudah sembuh. Padahal biasanya butuh seminggu untuk bisa sembuh dari flu. Lebih luar biasanya lagi saya tidak minum obat apapun! Murni hanya makan dan istirahat sambil melatih metode Wim Hof.

Ini prestasi besar buat saya yang dulu gampang kena flu. Dan sepertinya hal ini sangat membantu untuk menjaga imunitas terutama di masa pandemi Covid-19, alhamdulillah saya sehat walafiat hingga saat artikel ini saya tulis.

Jadi meski dengan segala pro kontra tentang metode Wim Hof, dari pengalaman pribadi saya bisa katakan bahwa metode ini berhasil untuk saya. Tidak ada jaminan berhasil untuk semua orang tapi kalau saya sih alhamdulillah cocok.

Saya tidak punya afiliasi dengan Wim Hof, ini hanya review berdasarkan pengalaman pribadi, jadi kalau anda mau coba silahkan, nggak juga gapapa hehehe.

Dan bagi anda yang ingin tahu gambaran secara garis besar tentang metode Wim Hof yang saya lakukan, anda bisa tonton video berikut ini.



Wednesday, March 24, 2021

Pengalaman Perpanjang SIM Lewat Layanan SIM Keliling

 

Tanggal 22 Maret 2021 kemaren saya memperpanjang SIM A melalui layanan SIM Keliling yang berlokasi di Mall Thee Matic Majalaya. 

Sebetulnya kalau sudah online saya akan senang sekali, tapi sayang menurut info, konon katanya perpanjangan SIM secara online di daerah saya baru bisa dilakukan bulan April 2021.

Saya memilih layanan SIM keliling karena malas untuk pergi langsung ke polres Soreang yang jauh dari rumah. Jadi saya memilih bersabar saja menunggu jadwal SIM keliling dekat rumah.

Ada tetangga ngasih tahu katanya berdasarkan pengalaman dia lebih baik saya datang pagi untuk ambil nomor antrian aja, lalu pulang dulu dan kembali lagi sehabis dzuhur, soalnya antrian panjang dan dijamin dapatnya siang katanya. Ternyata benar! Saya tiba di Thee Matic Majalaya kurang lebih jam 9.45-an, tapi antrian sudah panjang dan saya dapat nomor antrian 125. 

antrian sim keliling
Nomor Antrian SIM Keliling

Adapun alur cara perpanjangan SIM lewat layanan SIM keliling yang saya alami kemarin adalah sebagai berikut:

Pertama, siapkan foto copy KTP dan SIM lama. Menurut keterangan sih masing-masing 2 lembar, tapi kemaren saya cuma diminta satu lembar saja. Kalau lupa bawa photo copy-nya pun jangan khawatir, karena petugas menyediakan jasa foto copy dan laminating, gak tahu bayarnya berapa karena saya sih sudah bawa dari rumah.

Foto copy SIM Keliling
Petugas jasa foto copy SIM Keliling

Nah, kemarin petugas foto copy ini lah yang harus didatengin pertama kali. Karena di sanalah dijual map biru yang harus kita beli, dan sepertinya kita gak bisa bawa map sendiri dari rumah, karena map ini sudah ada capnya dan sudah ada kolom bio data yang harus kita isi, antara lain seingat saya adalah:

Nama, tinggi badan, golongan darah, nama ibu dan bapak, serta pekerjaan.

Kalau kita langsung mendatangi posko tempat daftar antrian dan gak bawa map, maka kita akan disuruh beli dulu mapnya di tukang foto copy mobile tadi. Harga mapnya sendiri Rp.3,000, mungkin di wilayah lain bisa beda. Selain untuk nulis bio data singkat, saya gak ngerti fungsi lainnya dari map ini buat apa, karena seingat saya gak ada dokumen yang harus saya taro di dalam map, tapi kemungkinan sih buat pak polisi nyimpen data-data kita. 

Setelah beli map, saya datangi tenda pos tempat pendaftaran antrian. Petugas menyuruh saya menancapkan foto copy KTP pada tusukan yang sudah disediakan di sana, lalu saya duduk di bangku yang sudah disediakan dan tunggu dipanggil. Sayang saya gak bawa pulpen sehingga gak bisa sekalian  ngisi bio data yang dicap di atas map yang dibeli tadi sambil nunggu panggilan.

Tempat daftar antrian SIM Keliling

Kurang lebih 15 menit menunggu akhirnya nama saya dipanggil, saya pun kembali ke pos tempat daftar antrian tadi dan menemui petugas lainnya untuk menyerahkan map, SIM lama yang asli, dan tentu saja bayar biaya perpanjangan SIM. 

Di situ saya dikasih pulpen dan disuruh isi dulu bio data yang kolomnya dicap di atas map tadi. Saya pun berusaha menulis serapi mungkin karena tulisan saya aslinya bagus banget mirip huruf latin kuno sehingga cara bacanya cuma saya dan Tuhan yang tahu.

Setelah itu barulah waktunya membayar. Nah, bagian inilah yang paling mengharukan. Kenapa? Karena tarif resmi berbeda dengan di lapangan. Menurut info di internet terbaru tahun 2021, tarif resmi perpanjang SIM A adalah Rp.80.000, sedangkan SIM C Rp.75.000.

Tapi apa yang terjadi kemudian membuat netizen baper! Karena saya diminta membayar Rp.195,000, dan ketika saya kasih dua lembar uang seratus ribuan, si petugasnya bilang, "Gak usah kembalian ya?" dan tanpa menunggu jawaban saya dia pun menyimpan uangnya tanpa ngasih kembalian. Untung saya ganteng maksimal, jadi saya gak peduli dengan kembaliannya. Anggap saja duit goceng itu sumbangan buat asuransi gorengan.

Saya gak kaget sih dengan biaya perpanjangan yang beda dengan tarif resmi karena sudah sering mendengar dari teman-teman yang sudah memperpanjang SIM, cuma yang "gak usah kembalian"nya itu yang bikin saya melongo kayak netizen. Karena kalo seandainya 5000 x 100 orang aja sehari x 30 hari = udah bisa buat bikin pabrik cireng itu mah. Ah sudahlah, jadi suudzon sayah hehehe.

Dan sepertinya biaya perpanjangan ini beda-beda di tiap daerah. Teman saya di Jakarta malah cuma bayar Rp.135.000 untuk SIM A dan Rp.130.000 untuk SIM C. Di Sulawesi teman saya bayar Rp.400.000. Di wilayah Serang, istrinya teman saya bayar totalnya Rp.210.000. Entah apa patokan tarifnya, mungkinkah berdasarkan level kegantengan? 

Kurang lebih menunggu satu jam, yang dipanggil baru nomor 30-an. Kalo dihitung-hitung, dalam satu jam yang dipanggil kurang lebih cuma 10-15 orang. Jadinya saya dan istri memutuskan nongkrong di Solaria sambil sarapan.

Tetapi sampai selesai sholat dzuhur, nomor antrian ternyata masih di kisaran 80-an, jadinya kita pindah nongkrong ke KFC. Dan akhirnya nomor antrian saya dipanggil menjelang jam 2 siang. Lumayan lama sodara-sodara, harusnya waktu menunggu tersebut bisa saya gunakan buat umroh atau menyelamatkan dunia dulu.

Setelah nomor saya dipanggil, maka saya pun melangkah dengan elegan memasuki bis tempat pemrosesan perpanjangan SIM. Tadinya saya pikir bakalan ada tes kesehatan, tapi ternyata gak ada tes apapun sama sekali. Padahal saya dengar orang lain ada yang dites kesehatan sama tes psikologi segala. Cobalah anda googling persyaratan perpanjang SIM, maka anda akan menemukan salah satu syaratnya adalah membawa surat keterangan sehat dari rumah sakit yang ditunjuk oleh kepolisian. Tapi nyatanya saya gak diminta surat kesehatan atau dites penglihatan atau tes lainnya.

Mungkinkah biaya Rp.195.000 tadi untuk bayar tes kesehatan yang gak dilakukan sama sekali? Ah entahlah, yang penting saya ganteng.

Nah, di dalam bis ini petugas memastikan lagi bio data saya sudah benar dan lengkap. Setelah itu dilakukan scan sidik jari kedua tangan mulai dari jempol sampai kelingking. Cuma entah karena mesin scannya kurang sensitif atau kebanyakan dipake, saya jadi harus ngulang scan beberapa kali untuk beberapa jari, udah gitu diteken-teken pula jarinya sama pak polisi ke layar mesin scan buat memastikan sidik jari saya ter-scan dengan baik. Nekennya kenceng pula, mayan sakit lah :(

Setelah selesai scan sidik jari, berikutnya adalah membubuhkan tanda tangan digital untuk ditempel pada SIM. Tinggal gunakan pulpen yang disediakan untuk menulis tanda tangan di layar mesin tanda tangan tersebut. 

Terakhir, barulah duduk untuk difoto, walaupun sebenarnya kondisi ruangan kurang bagus untuk foto karena lokasi pemotretan berada tepat di pintu masuk bis, dan tanpa peralatan pencahayaan studio foto, sehingga pencahayaannya wajah saya menjadi bercahaya di sisi kiri karena cahaya dari luar bis, tapi sisi wajah sebelah kanan agak gelap karena pencahayaan yang tidak memadai di dalam bis.

Sedikit info saja, saat difoto anda gak perlu pake baju bagus, gak perlu membusungkan dada atau menahan nafas biar terkesan sixpack bahkan mungkin gak perlu mandi. Kenapa? Karena yang tampak di foto SIM cuma bagian leher ke atas. Dan dengan pencahayaan yang asal seperti itu gak bakalan ada yang tahu kalau anda belum mandi.

Selesai difoto, saya pun menunggu kurang lebih setengah jam, kemudian nama saya dipanggil dan pak polisi menyerahkan SIM saya dari jendela bis sambil menginstruksikan untuk melaminasi SIM tersebut pake anti gores di petugas jasa laminasi/anti gores yang sudah disediakan persis di bawah jendela bis tempat pak polisi menyerahkan SIM pada kita. Tukang laminating ini adalah sekaligus petugas foto copy dan jual map tadi. 

Di sini SIM saya dilaminating dan biayanya 10 ribu. Berarti total biaya yang saya keluarkan untuk perpanjang SIM ini adalah: Rp.195.000 + 5000 sumbangan asuransi gorengan + 10 ribu biaya anti gores + 3000 biaya beli map = Rp.213.000, belum termasuk biaya makan berdua istri sekitar 100 ribuan, dan biaya parkir 15 ribu untuk durasi parkir yang dihitung 5 jam meski total waktu yang saya habiskan untuk proses perpanjangan SIM ini sekitar 4 jam 30 menit. 

Sedikit komplain dari saya adalah hasil laminasi yang kurang rapi, plastik anti goresnya gak menutupi keseluruhan SIM saya sehingga ngatung di sebelah kanan dan hasil potongan plastiknya juga gak rapi, udah gitu plastik anti goresnya juga kayak gampang dilepas, karena dicungkil sedikit saja udah kayak mau lepas plastiknya.

Dan saya baru ngeh begitu lihat lagi SIM baru saya, hasil crop fotonya ternyata gak rapi, masih bagusan hasil crop saya kalo ngedit foto wkwkwk. Tapi ya sudahlah, namanya juga bikin SIM di dalam bis, dengan peralatan seadanya jangan harap hasilnya bagus. Mungkin beda kalau perpanjang SIM di polres, tapi kalau membandingkan dengan SIM lama yang dibikin di polres jelas saya lebih suka yang lama hehehe.

Penampakan SIM Baru


Penampakan SIM Lama

Ah sudahlah, yang penting bisa nyetir lagi dengan tenang karena punya SIM.

Demikian sekilas pengalaman saya memperpanjang SIM A melalui layanan SIM keliling. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Bagi anda yang akan memperpanjang SIM pada bulan April 2021 dan seterusnya, maka berbahagialah anda karena konon katanya nanti sudah bisa lewat jalur online sehingga menghemat energi untuk antrian dan mudah-mudahan bisa menghilangkan biaya yang tak diperlukan.

Sunday, September 27, 2020

Pengalaman Gagal Transfer Dari Mandiri Ke BRI Credit Card


Pada hari Selasa tanggal 22 September 2020, saya untuk pertama kalinya menggunakan aplikasi Mandiri Online untuk transfer antar bank dari Mandiri ke BRI dalam rangka pembayaran tagihan kartu kredit Mastercard BRI.

Biasanya saya pakai BCA untuk bayar kartu kredit ini tiap bulannya, tapi karena bulan ini dana yang tersedia ada di rekening Mandiri, maka saya pun mencoba transfer dari Mandiri.

Sebenarnya di aplikasi M-BCA dan Mandiri Online ada menu khusus untuk pembayaran kartu kredit, tetapi setahu saya metode pembayaran ini gak langsung nyampe pembayarannya, paling tidak butuh waktu 2 hari kerja sampai pembayaran diterima di Bank bersangkutan.

Karena itu setiap kali saya bayar kartu kredit selalu pakai metode transfer online atau transfer langsung sehingga pembayaran bisa nyampe saat itu juga secara real time. Saya selalu cek lewat aplikasi kartu kredit BRI setiap kali habis transfer dari BCA, dan TADAA! Saldo kartu kredit saya pun sudah bertambah sejumlah yang saya transfer.

Nah, tanggal 22 September 2020 kemarin saya pertama kalinya mencoba bayar kartu kredit BRI dengan metode transfer online lewat aplikasi Mandiri Online. Dan ketika saya transfer pada pukul 10:08 pagi, transaksi pun dinyatakan berhasil, tetapi...

JEJENGG!!

Begitu saya cek lewat aplikasi kartu kredit BRI, ternyata saldonya tidak bertambah satu rupiahpun!

Saya pikir mungkin delay sedikit, jadi saya biarkan saja. Tetapi ketika saya cek siang harinya, ternyata pembayaran belum juga masuk. Oke saya tunggu sampe sore, ternyata belum masuk juga, dan malamnya...ternyata belum masuk juga.

Kemudian saya mencoba googling tentang masalah transfer dari Mandiri ke BRI, ternyata ada juga beberapa kasus yang sama. Dan kali ini giliran saya yang mengalaminya setelah lebih dari 20 tahun jadi nasabah bank di manapun belum pernah mengalami gagal transfer atau masalah lainnya.

Terus terang agak panik karena jumlah yang saya transfer lumayan besar, sekitar 1.3 jutaan. Sempat terpikir bagaimana kalau uang saya hilang? Bagaimana kalau pihak bank tidak bisa membantu karena dari sisi data yang tercatat proses transfer sudah dinyatakan berhasil? Bagaimana kalau saya jadi harus bayar dua kali ke BRI?

Tapi saya berusaha menenangkan diri, karena solusinya sih sebenarnya simple, tinggal telepon call center atau datang ke Bank Mandiri terdekat. Lagipula dari beberapa kasus yang saya baca di internet, saya lihat kasusnya terselesaikan meskipun ada yang cepat dan ada yang lama prosesnya.

Meskipun tinggal telepon 14000, tapi saya memutuskan menunggu sampai besok. Karena saya ingat dulu pernah bekerja sebagai staf outsource untuk operator server ATM di Bank BRI Jakarta Pusat, dan setiap malam ada yang namanya proses cut off, saya pikir mungkin data transaksi saya baru akan tercatat setelah proses cut off selesai.

Tapi meskipun hati ini ditenang-tenangin, tetap saja rasa gelisah tak bisa dipungkiri, bahkan sampai saya susah tidur wkwkwk, segitu cintanya pada uang ya sampe tidur aja terganggu, padahal harusnya kita jangan cinta dunia apalagi harta, tapi ternyata saya masih manusia yang takut kehilangan harta.

Setelah bersusah payah menenangkan diri akhirnya saya bisa tidur juga. 

Esok harinya hari Rabu tanggal 23 September 2020, ketika saya cek lagi...ternyata pembayaran belum juga masuk sodara-sodara! Saya tunggu sampai siangan pun ternyata belum masuk juga. Akhirnya saya memutuskan untuk menelepon call Mandiri di nomor 14000.

Saya pun berbicara dengan operator dan menyampaikan permasalahan saya. Maka si mbak operator pun memverifikasi identitas saya dengan menanyakan nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung serta nomor rekening atau nomor ATM. Setelah itu dia meminta saya menceritakan detail masalahnya kembali, kemudian setelah saya selesai bercerita dia pun menyuruh saya menunggu sekitar 3-5 menitan, untuk kemudian memberitahukan saya bahwa memang benar ada transaksi tersebut dan dana dari rekening saya sudah terpotong.

Kemudian si mbak operator membuatkan laporan dan memberitahukan bahwa proses paling cepat adalah 1 hari kerja dan paling lama 12 hari kerja. Tapi katanya biasanya bisa lebih cepat dari 12 hari kerja. Tak lupa si mbak operator menyarankan saya agar crosscheck juga dengan pihak Bank BRI untuk memastikan.

Saya pun berterima kasih atas bantuan si mbak operator dan pembicaraan pun berakhir tanpa kami bisa berkenalan lebih lanjut dan saling tukar nomer HP (apa sih?).

Setelah itu saya sempat khawatir jangan-jangan masuknya nanti setelah 12 hari kerja, dan itu berarti sudah lewat dari tanggal jatuh tempo pembayaran kartu kredit saya, nanti kena denda deh. Tapi saya memutuskan untuk bersabar menunggu saja dan berharap bisa masuk hari ini juga kalau bisa. Karena kalau baca-baca kasus serupa di internet, ada seorang ibu yang mengalami gagal transfer dan setelah lapor langsung ke cabang Mandiri terdekat, prosesnya cuma satu jam, dana si ibu sudah dikembalikan lagi ke rekeningnya.

Ketika saya cerita pada kakak saya, ternyata dia juga pernah mengalami masalah yang sama, tapi dia datang langsung ke cabang terdekat dan masalah selesai hari itu juga. Kata kakak saya kalau lewat online atau call center biasanya lama, bisa lebih dari seminggu katanya, karena kakak saya pernah ngalamin masalah di bank lain yaitu Bank BNI, ketika dia melakukan transaksi tarik tunai di ATM BNI ternyata uangnya tidak keluar dan dana tetap terpotong. Waktu itu kakak saya mendatangi customer service, tetapi oleh staf CS tersebut malah disuruh menghubungi call center, dan akhirnya kakak saya menelepon call center BNI, kemudian diproses, dan setelah seminggu lebih barulah dana tersebut dikembalikan ke rekeningnya.

Waduh, tahu gitu saya juga datang ke cabang Mandiri terdekat aja biar cepat selesai ya, tapi apa iya bisa beda gitu layanan call center sama datang langsung? 

Tapi ya sudah, terlanjur telpon call center, jadi saya memutuskan menunggu saja meski sambil sebentar-sebentar cek lewat aplikasi kartu kredit BRI, tapi ternyata sampai malam hari tiba pun pembayaran belum juga masuk. Ya sudahlah saya bersabar saja, meskipun tetap cek terus beberapa kali dalam sehari.

Hari Kamis, 24 September 2020, ternyata masih sama, belum ada pembayaran masuk. Dan ketika memasuki hari Jumat sore tanggal 25 September 2020 ternyata belum masuk juga, saya pun pasrah, karena kalau prosesnya berdasarkan hari kerja, maka hari sabtu minggu tidak akan diproses, jadi kemungkinan terburuk saya anggap saja pembayaran baru masuk setelah 12 hari kerja.

Kemudian pada Sabtu dini hari tanggal 25 September 2020, pas bangun tidur saya masih sempet-sempetnya cek lagi lewat aplikasi kartu kredit BRI meski dengan kondisi masih ngantuk. Tapi yang terjadi kemudian membuat netizen melongo! Nyaris tidak percaya karena ternyata pembayaran sudah masuk dengan jumlah sesuai yang saya bayarkan.

Saya pun lega banget dan bersyukur uang saya tidak hilang. Kelihatan banget takut kehilangannya ya? Wkwkwk.

Jadi kesimpulannya berdasarkan pengalaman ini, jangan takut jika anda mengalami gagal transfer antar bank, karena InsyaAlloh uangnya tidak akan hilang. Hubungi saja call center atau datangi kantor cabang terdekat dan sampaikan keluhan atau permasalahan anda, dan pastikan yang anda sampaikan bukan curhat tentang keinginan kembali pada mantan.

Mungkin yang akan jadi masalah besar adalah...jika anda transfer pada seseorang yang membutuhkan uangnya saat itu juga dan ternyata tidak masuk, sudah gitu anda gak punya lagi duit untuk ditransferkan, nah itu baru bisa jadi masalah. Apalagi kalau yang minta ditransfer tidak mau menunggu sampai 12 hari kerja untuk mendapatkan uangnya.

Intinya, jadilah horang kayah, agar anda tidak khawatir lagi soal uang, dan kalau ada kasus begini anda bisa tetap tenang karena kalaupun harus transfer dua kali anda tidak akan bingung mesti nyari duit kemana lagi, karena duit anda berlimpah dan gak akan habis meski dibelikan gorengan setiap menit.

Demikian semoga bermanfaat.


Thursday, August 15, 2019

Review Terapi Oxybaric Steve Sugita Cikiray Sukabumi

Postingan ini adalah postingan lama yang saya pindahkan dari blog yang sudah mati karena gak keurus. Semoga masih bermanfaat,



Belum lama ini saya dapat info dari seorang teman yang sudah saya anggap saudara sendiri, tentang adanya terapi Oxybaric di daerah Sukabumi. Sebenarnya ini bukan terapi baru dan sudah ada di Indonesia sejak tahun 1960, tapi saya baru dengar. Dan setelah browsing-browsing dulu untuk dapat gambaran, didapatlah informasi tentang terapi hiperbarik yaitu jenis terapi oksigen murni yang konon dapat membantu mempercepat penyembuhan berbagai penyakit baik ringan maupun berat. Konon sudah banyak digunakan orang-orang terkenal di luar negeri mulai dari artis hinggal atlit baik untuk menjaga kesehatan maupun menyembuhkan cedera, seperti yang dilakukan oleh Valentino Rossi saat mengobati patah kaki kanannya.

Bedanya terapi hiperbarik di rumah sakit dan Oxybaric yang di Sukabumi ini hanya ada di medianya saja. Kalau hiperbarik yang ada di rumah sakit biasanya berbentuk tabung besar yang disebut chamber. Satu chamber bisa dimasuki beberapa orang dan setiap orang melakukan terapi dalam posisi duduk dengan memakai masker untuk menghirup oksigen murni tersebut.

Sedangkan di Oxybaric Center yang berlokasi di Jl.Cikiray KM 3.5 Kampung Cijambu Desa Gunung Jaya Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi ini, medianya menggunakan tabung kaca tebal dan orang yang diterapi berada di dalamnya dalam posisi tidur. Konon menurut Pak Steve Sugita owner Oxybaric Center, terapi dalam posisi berbaring lebih efektif karena tekanan darah di seluruh tubuh akan lebih rata saat berbaring daripada duduk.

Dan karena salah satu penyakit yang bisa dibantu kesembuhannya dengan terapi Oxybaric adalah syaraf kejepit yang kebetulan saya derita, maka saya pun tertarik untuk mencoba. Kemudian saya menelepon call centernya untuk reservasi, tetapi nomor yang 0857 2457 5869 kurang responsif dan sering tidak diangkat. Akhirnya saya berhasil mengontak nomor yang satu lagi yang 0811 888 6627 dan melakukan reservasi untuk saya, ibu saya dan adik saya. 

Secara tidak diduga, kurang lebih satu jam setelah reservasi, saya ditelpon oleh owner Oxybaric Center sendiri yaitu Pak Steve Sugita. Beliau menanyakan mau berobat untuk penyakit apa. Saya pun ceritakan bahwa saya dan ibu saya punya masalah syaraf kejepit di pinggang, sedangkan adik saya punya masalah napas yang pendek sehingga sering sesak napas, serta ketegangan otot leher yang sering menyiksa.

Pak Steve pun cerita bahwa syaraf kejepit umumnya dapat disembuhkan dalam 3 hari dan 3 sesi per hari. Berarti total 9 kali terapi selama 3 hari. Sudah banyak yang sembuh syaraf kejepit mah katanya. Maka saya pun semakin yakin untuk terapi, walaupun tidak bisa 3 hari karena lagi banyak urusan, tapi Pak Steve bilang gapapa coba aja sehari 3 kali terapi dulu. Kalau terasa manfaatnya bisa dilanjutkan di lain hari.

Nah, buat yang masih ragu tentang Oxybaric, ataupun mau tanya-tanya apakah penyakitnya bisa dibantu disembuhkan dengan Oxybaric, Anda bisa tanya-tanya dulu langsung ke Pak Steve Sugita. Beliau membuka jalur khusus untuk konsultasi melalui nomor berikut. 

0877 2072 7265 
0851 0311 7352 
0815 913 6524

Saran saya sebaiknya Anda konsultasi dulu pada Pak Steve kalau mau terapi. Saya sarankan juga telepon langsung, jangan SMS atau Whatsapp karena Pak Steve agak kesulitan kalau harus ngetik. Kalau ragu sebaiknya Anda konsultasi dulu karena ada penyakit tertentu yang sebaiknya tidak diterapi Oxybaric terlebih dahulu. Contohnya TBC. 

Menurut Pak Steve, terapi oksigen murni dengan tekanan tinggi dapat beresiko menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru yang lunak dalam kondisi terkena TB. Sehingga penderita TB sebaiknya menjalani pengobatan 6 bulan dulu dari dokter, dan kalau sudah lewat 6 bulan baru boleh diterapi Oxybaric.

Selain itu Pak Steve juga tidak bisa memberikan jawaban tentang kesembuhan suatu penyakit melalui terapi Oxybaric jika belum ada buktinya di lapangan. Misalnya ketika saya tanya apakah masalah prostat bisa disembuhkan, beliau tidak bisa memastikan karena belum pernah ada yang berpenyakit seperti itu yang datang untuk terapi ke tempat beliau. Tetapi beliau memiliki keyakinan bahwa pada dasarnya semua penyakit ada obatnya dan bisa dibantu disembuhkan melalui terapi ini. 

Maka saya, ibu, dan adik saya pun berangkat pada akhir pekan menuju TKP. Perjalanan cukup mudah dan lancar karena petunjuk GPS untuk menuju lokasi Oxybaric Center yang ada di Google Map sangat akurat dan tidak menyebabkan nyasar ke rumah janda, sehingga tak ada kesulitan untuk menemukan tempatnya. Anda cari saja “Oxybaric Center Steve Sugita” di Google Map lalu ikuti navigasinya.

Kalau dari arah Jakarta, Anda akan menemukan jalan masuknya di kiri jalan tidak jauh sebelum perbatasan Kabupaten dan Kota Sukabumi. Sedangkan kalau dari arah Bandung, Anda harus melewati pusat kota Sukabumi dulu, kemudian ikuti jalur menuju Jakarta. Lalu setelah lewat perbatasan kota Sukabumi dan Kabupaten, nanti Anda akan menemui sebuah jembatan seperti foto berikut.

Ini adalah foto yang diambil dari arah Jakarta menuju Bandung

Tak jauh dari situ, sebelum lampu merah, di kanan jalan akan ada jalan masuk yang kecil, tapi bisa masuk 2 mobil. Kalau Anda perhatikan, di tepi jalannya ada papan petunjuk berwarna hijau bertuliskan Oxybaric. Papan petunjuknya agak kecil, sehingga sebaiknya Anda bawa kendaraan agak pelan-pelan biar gak kelewatan. GPS dalam hal ini sangat akurat memberi instruksi untuk belok kanan.


Papan petunjuk dilihat dari arah Jakarta menuju Bandung

Jalan masuknya awal-awal aspalnya masih mulus, tapi lama kelamaan jalan makin rusak dan berbatu, jadi mobil yang ceper akan agak ngesot. Semakin lama Anda akan memasuki daerah pedesaan karena letak Oxybaric Center memang di pedesaan, lokasinya kurang lebih 3.5 KM dari jalan raya. Jalurnya cukup mudah tinggal ikuti jalan atau ikuti GPS saja, maka Anda akan tiba di Oxybaric Center yang berada di kanan jalan dan di seberang kirinya terhampar pesawahan.



Sekitar pukul 11 lewat 15 menit kami tiba di sana dan langsung masuk ke parkiran yang luas, di sampingnya ada pos satpam, mushola, toilet, dan kandang berisi anjing besar, dan satu kandang lagi diisi oleh seekor anjing Siberian Husky yang tampak kesepian dan sesekali melolong sedih. Katanya sih dia sedih karena ditinggal mati pasangannya. Duh, pulangin aja ke Siberia napa?

Parkiran Oxybaric Center


Siberian Husky yang kesepian

Kami pun kemudian masuk ke sebuah ruangan besar dimana terdapat 5 buah tabung yang semuanya penuh terisi oleh orang-orang yang sedang terapi. Di dalam ruangan itu ada petugas penerima pendaftaran, kasir, dan juga pengawas terapi. Saya pun memberitahu petugas kalau saya sudah registrasi kemarin, lalu kami semua dites tekanan darah dan denyut nadi terlebih dahulu. Di sini juga Anda bisa melakukan pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan asam urat dengan biaya 20 ribu saja per pemeriksaan.

Barisan tabung terapi Oxybaric


Tetapi sepertinya walaupun sudah registrasi kalau tabung lagi penuh tetap saja kita harus antri menunggu yang lain selesai terapi. Karena itu sambil menunggu giliran kami pun makan dulu dari bekal makanan yang kami bawa. Sebenarnya sih gak usah bawa makanan pun kita gak akan kelaparan, karena ada warung-warung di samping Oxybaric Center, dan katanya sih di dapur Oxybaric Center juga kita bisa pesan makanan, tapi waktu itu saya gak lihat ada yang masak, jadinya kita makan di luar.

Dapur umum Oxybaric Center


Kalau Anda pengen makan di restoran, maka sekitar 1,4 KM dari Oxybaric Center ada rumah makan Sunda namanya Saung Hegar. Tempatnya luas dan makanannya lumayan enak, harga juga standar, Anda bisa pilih menu satuan yang harganya murah kalau gak mau makan paketan yang agak mahalan.

Selesai makan, tiba-tiba muncul seorang bapak tua duduk di kursi roda dengan tangan cacat dan kaki penuh bekas luka bakar yang sudah mengering. Beliau tersenyum pada kami, lalu seorang petugas memberitahu kami untuk mengikuti beliau ke ruang belakang.

Ternyata beliau adalah Pak Steve Sugita, owner dari Oxybaric Center itu sendiri. Beliau dengan ramahnya bertanya pada kami barangkali ada yang mau ditanyakan pada kami tentang terapi ini. Awalnya kami sempat bingung ketika melihat kondisi tubuh Pak Steve yang cacat permanen, karena sekilas terbersit di pikiran, “Kok yang punya tempat terapinya cacat?”

Bersama Pak Steve Sugita

Tapi pertanyaan itu kemudian terjawab setelah Pak Steve bercerita penyebab cacat tubuhnya. Beliau mengalami kecelakaan di tahun 1999 saat mobilnya yang menggunakan bahan bakas gas terbakar dan meledak. Saat di mobil, tiba-tiba beliau mendengar bunyi gas yang menyembur kencang dan tahu-tahu katanya dia cuma tinggal pakai kolor saja sedangkan pakaian dan celananya koyak semua. Ternyata mobilnya terbakar tanpa beliau sadari. 

Beruntung beliau selamat. Menurut beliau mobilnya meledak setelah kira-kira 5 meter beliau berjalan untuk menyelamatkan diri. Mendengar cerita itu saya malah jadi teringat adegan di film-film action di mana sang jagoan berjalan dalam slow motion dengan background ledakan.

Kisah Pak Steve ini bisa dicari di Google dengan kata kunci “Steve Sugita”. Salah satu beritanya bisa dibaca di sini https://m.tempo.co/read/news/2003/05/01/05712000/korban-ledakan-gas-mobil-praperadilankan-kapolri

Tapi berawal dari kecelakaan itulah Pak Steve bertekad membantu orang melalui terapi Oxybaric. Karena beliau merasakan sendiri manfaat terapi hiperbarik yang membantu mengobati luka bakarnya dan memulihkan kondisinya, meskipun akibat luka parah tersebut beliau tetap cacat permanen dan sempat divonis kemungkinan hanya bisa bertahan hidup 5 hari. Tetapi ternyata beliau berhasil melewati masa kritis dan terbersitlah ide untuk membuat alat terapi hiperbarik versinya sendiri. 

Selama menjalani terapi hiperbarik, Pak Steve ternyata melakukan pengamatan cara kerja alat dan terapinya sehingga beliau akhirnya membuat sendiri alat terapi hiperbarik yang beliau namakan Oxybaric dan sudah mendapatkan pengesahan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.  

Oya, Pak Steve orangnya senang ngobrol dan sangat detail kalau cerita. Jadi kita belum tentu bisa dapat jawaban langsung kalau tanya sesuatu, karena biasanya beliau akan cerita awalnya dulu. Ibaratnya kalau kita tanya oleh-oleh Sukabumi beli di mana, maka beliau akan cerita dulu tentang Kota Sukabumi, tentang kebiasaan penduduknya, lokasi-lokasi wisatanya, barulah masuk ke makanan khas, oleh-olehnya, dan bisa dibeli di mana.

Contoh ketika adik saya bertanya kenapa hidungnya mimisan setelah terapi, beliau cerita dulu tentang sistim pernapasan, tentang rongga hidung, hingga mekanisme terjadinya mimisan tersebut, yang kalau mau dijawab singkat mah sebetulnya tinggal bilang efek detox saja wkwkwk. Tapi bagus sih, kita jadi tahu detailnya dan jadinya kita dapat ilmu.

Pak Steve juga sangat yakin bahwa terapi Oxybaric ini sangat ajaib dan manjur menyembuhkan berbagai penyakit kronis. Tetapi meskipun demikian, tetap harus kita kembalikan semua pada Allah SWT, karena terapi ini pun hanyalah salah satu ikhtiar manusia dalam meraih kesembuhan dan kesehatan.

Satu hal yang perlu Anda tahu, bahwa tidak ada patokan pasti berapa kali terapi yang dibutuhkan hingga mendapatkan kesembuhan. Tetapi berdasarkan pengalaman di lapangan, umumnya dibutuhkan minimal 3 hari terapi dengan 3 sesi terapi per harinya untuk penyakit ringan hingga sedang. Sedangkan untuk yang berat seperti jantung, kanker, dll, minimal Anda ikut terapi selama 7 hari atau ikut paket 10 hari dulu, tapi itu pun bisa beda-beda tiap orang karena ada juga yang harus sampai berbulan-bulan terapinya. Sebagai info, Pak Steve saja menjalani terapi hiperbarik selama 2 tahun di tiga rumah sakti berbeda untuk mengobati luka bakarnya.

Saat kami berada di sana, kami sempat melihat ada kakak beradik yang terkena stroke dan ikut paket 10 hari tapi belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, sehingga mereka memilih untuk pulang dulu. Tetapi beberapa pasien lain mengatakan mendapatkan kesembuhan yang signifikan hanya dalam beberapa kali terapi. Jadi tiap orang tetap beda-beda hasilnya.

Nah, karena terapinya mesti beberapa kali dan lokasinya lumayan jauh dari kota, apalagi dari luar kota, maka Oxybaric Center menyediakan tempat menginap yang meskipun tidak sekelas hotel bintang lima, tapi cukup bersih dan nyaman.

Daftar pasien yang menginap

Kamar Penginapan di Oxybaric Center

Ada dua kelas yang disewakan di sini, yaitu kamar seharga 100 ribu per hari dengan kamar mandi di luar, dan kamar seharga 150 ribu per hari dengan fasilitas kamar mandi dalam dan TV. Oh ya, di sini juga ada free wifi yang cukup kencang koneksinya, mayan buat orang-orang yang gak bisa hidup tanpa internet wkwkwk.



Tadinya kami gak mau menginap karena mau coba dulu terapi sehari 3 kali, tetapi karena  ternyata gak tahan dengan efek sakit telinga pada sesi terapi pertama, akhirnya kami memutuskan untuk menginap dan melanjutkan terapi esok harinya. Detailnya saya ceritakan saat menjalani terapi.

Untuk biaya terapi Oxybaric sendiri cukup murah, yaitu Rp.120.000 per orang per sesi (satu sesi 1 jam). Tetapi karena satu tabung bisa dipakai dua orang sekaligus, maka Anda bisa membayar Rp.150.000 saja untuk terapi dua orang dalam satu tabung, tidak masalah jika penyakitnya berbeda. 

Note: Ini adalah harga lama dan mungkin sekarang sudah naik

Tetapi waktu itu saya memilih terapi sendiri karena saya pikir kayaknya akan lebih efektif kalau cuma sendirian. Sedangkan ibu saya dan adik saya ambil paket berdua, karena ibu saya takut kalau sendirian, sehingga minta ditemani adik saya.

Inilah bedanya terapi hiperbarik yang di rumah sakit dengan yang di Oxybaric Center. Kalau di rumah sakit terapi menggunakan tabung besar yang bisa dimasuki beberapa orang dan terapinya dilakukan dalam keadaan duduk menggunakan masker oksigen. Sedangkan dalam terapi Oxybaric ini kita berbaring, dan satu tabung maksimal digunakan dua orang. Tetapi tergantung ukuran badan juga sih, kalau yang badannya gede mah gak disarankan berdua dalam tabung kecuali mau berdesak-desakan kayak ikan asin.


Satu tabung bisa berdua

Setelah ngobrol cukup lama dengan Pak Steve, maka tibalah waktunya kami dapat giliran untuk merasakan terapi Oxybaric. Kami datang jam 11 siang, tetapi dapat giliran sekitar jam satu siang karena harus antri dengan orang-orang yang datang dari luar kota maupun luar pulau. 

Sekedar info, terapi Oxybaric ini katanya sudah ada cabangnya di beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Bandung. Tetapi biayanya berbeda tergantung lokasi. Di Bintaro konon biayanya sekitar 300 ribuan meskipun menggunakan tabung yang sama. Karena ya itu tadi, faktor lokasi juga menentukan harga.

Selain itu, menurut Pak Steve kadang orang lebih suka datang kemari jauh-jauh karena suasana pedesaannya yang lebih sejuk daripada di kota, dan menurut informasi salah satu petugas di sana, katanya bedanya dengan cabang lain adalah oksigen yang digunakan di Oxybaric Center sini digabungkan juga dengan oksigen alam. 

Tapi salah satu kelebihan lainnya kalo menurut saya pribadi adalah karena pembawaan Pak Steve yang sangat ramah dan perhatian dengan para kliennya, beliau selalu mengecek perkembangan para klien yang menginap serta memberikan semangat mereka untuk sembuh. 

Nah, sebelum terapi, sebaiknya beritahu petugas jika Anda baru pertama kalinya terapi Oxybaric. Karena dengan begitu mereka akan menginformasikan apa saja yang harus Anda lakukan saat terapi berlangsung.

Misalnya, jika Anda baru pertama kali, maka kemungkinan akan merasa telinga tersumbat selama 2-3 menit awal. Bahkan terasa sakit dan berdenyut seperti yang saya dan adik saya rasakan. Ini diakibatkan oleh tekanan oksigen, umumnya terjadi pada sesi pertama dan kedua saja, sedangkan sesi yang selanjutnya sudah tidak akan terasa lagi.

Untuk pemula, 1 sesi terapi durasinya 1 jam, dan dalam satu hari bisa dilakukan terapi maksimal 4 kali dengan interval 1 jam istirahat sebelum lanjut ke sesi berikutnya. Tapi kalau ingin istirahat lebih lama juga tidak apa-apa. Apalagi kalau antrian penuh, belum tentu kita kebagian sesi selanjutnya dalam 1 jam ke depan. Karena itu bagi mereka yang sudah biasa, kadang suka ada yang minta satu sesi diborong 2 jam sekaligus.

30 menit pertama dalam tabung kita disarankan untuk tidak melakukan aktivitas apapun selain diam dan berbaring, atau miring ke kiri/kanan senyamannya kita saja. Setelah 30 menit, barulah boleh lakukan aktivitas lain seperti membaca buku misalnya, karena saya lihat juga ada beberapa pasien yang santai baca buku di dalam tabung.

Sekitar 10 menit sebelum terapi usai, petugas akan mengetuk kaca dan memberi isyarat untuk berbalik badan alias tengkurep sampai tabung dibuka oleh petugas. Saat itu dapat terjadi cairan hidung jadi banyak keluar, bahkan tak jarang mimisan seperti dialami oleh saya dan adik saya, karena itulah sebelum masuk tabung kita disuruh untuk ambil tisu dulu sebanyak-banyaknya yang sudah disediakan di meja petugas.

Adik saya dan ibu saya diterapi di tabung yang sama, sedangkan saya misah sendirian di tabung lain. Gak bisa dipungkiri ada sedikit rasa deg-degan saat awal di dalam tabung, apalagi pernah baca tentang kecelakaan terbakarnya chamber hiperbarik di RSAL Mintohardjo yang menewaskan 4 orang di dalamnya, yang diduga akibat korsleting listrik sehingga menyebabkan percikan api di dalam chamber dan menimbulkan kebakaran.

Pencitraan dulu sesaat sebelum masuk tabung

Sebagai info, oksigen murni mudah terbakar, karena itu saat terapi sebaiknya lepaskan semua benda-benda yang berpotensi meledak atau menyebabkan api. Di papan pengumuman yang dipasang di ruang terapi tertulis agar kita tidak membawa barang-barang berikut ke dalam tabung.
  1. Pemantik Api / korek gas
  2. Minyak angin
  3. Semprotan parfum / hair spray
  4. Remote kendaraan bermotor
  5. Handphone
  6. Dan barang-barang mudah terbakar atau meledak lainnya. Mungkin seperti pistol, dinamit, bazooka, hingga rudal nuklir.
Kemudian setelah masuk dalam tabung yang sekilas terbayang seperti keranda jenasah itu, tabung pun ditutup rapat oleh petugas, dan kita akan disemprot oleh oksigen murni bertekanan tinggi yang semprotannya terletak tepat di atas kepala. 

Di dalam tabung terdapat timer dan pengukur suhu. Suhu di dalam tabung berkisar antara 24-25 derajat celcius. Cukup dingin apalagi kalau terapi dilakukan di pagi hari saat udara masih dingin. Tapi kita tidak disarankan memakai jaket ataupun penghangat lainnya. Bahkan yang berkerudung pun katanya sebaiknya dilepas dulu kerudungnya supaya lebih maksimal terapinya.

Suasana di dalam tabung terapi Oxybaric

Nah, 2-3 menit pertama inilah yang terasa menyiksa, karena selain merasakan telinga tersumbat, telinga sebelah kanan saya terasa sakit yang menjalar sampai ke leher. Sakitnya agak tidak tertahankan sampai pengen teriak rasanya, tapi saya berusaha bertahan, mengatur napas, dan secara tak sengaja menemukan trik mengurangi rasa sakitnya yaitu dengan cara berbaring menyamping, dengan posisi telinga yang sakit berada di bawah, dan disertai dengan menelan ludah berkali-kali. 

Sedangkan adik saya merasakan sakitnya sampai ke tempurung kepala, sehingga dia sempat menggedor-gedor kaca dan melambaikan tangan ke arah kamera, karena khawatir ada yang salah dengan terapinya.

Tapi petugas memberitahu bahwa itu tidak apa-apa, adik saya diminta bertahan 2 menitan saja. Dan memang, sekitar 3-5 menit kemudian rasa sakit di telinga itu pun hilang, suasana pun menjadi damai sentosa kembali, sisanya tinggal rileks menikmati terapi.

Sebenarnya di dalam tabung ada tombol bantuan untuk menghubungi petugas jika terjadi apa-apa, tetapi di tabung yang dimasuki adik saya dan ibu saya kebetulan tidak ada alat komunikasinya, mungkin karena sedang rusak atau belum terpasang. Dan sejauh ini kabarnya tidak ada yang sampai menghubungi petugas karena hal yang gawat kecuali efek sakit telinga saja.

Soal sakit telinga ini ternyata ada perbedaan informasi dari petugas dan dari Pak Steve sendiri. Menurut Pak Steve ketika adik saya bertanya tentang sakit telinga yang tak tertahankan saat terapi, Pak Steve bilang harusnya tekanan oksigennya disetel bertahap dari rendah ke tinggi. Tetapi menurut salah satu petugas malah lain lagi infonya, dia bilang justru harus disetel tinggi dari awal biar lebih efektif terapinya. 

Entah mana yang benar, tapi saran saya jika Anda baru pertama kali terapi Oxybaric dan khawatir tidak kuat menahan sakit telinga, maka sebaiknya minta petugas untuk menaikkan tekanan oksigen secara bertahap. Adik saya melakukan itu, pada sesi kedua dan berikutnya dia minta diterapi dengan tekanan oksigen yang bertahap sehingga tidak merasakan sakit lagi di telinganya. Sedangkan saya tetap bertahan dengan tekanan oksigen normal, meskipun sesi yang kedua telinga saya jadi lebih sakit, tapi ketika memasuki sesi 3 dan sesi terakhir, saya sudah tidak merasakan sakit telinga lagi.

Nah, karena efek sakit telinga yang masih terasa setelah sesi terapi inilah, kami batal terapi 3 sesi dalam sehari, sehingga memutuskan untuk menjalani 2 sesi saja dulu dan menginap sehari untuk kemudian esok harinya lanjut 2 sesi terapi lagi sebelum pulang ke Bandung.

Saat sudah melewati 5 menit pertama terapi, saya berusaha untuk tidak menganalisa dan mikirin sembuh atau nggak, pokoknya pasrah dan dinikmati saja. Toh namanya juga ikhtiar. Hasilnya saya ketiduran dan tahu-tahu kaca diketuk oleh petugas pertanda saya harus tengkurep. Tapi pada sesi pertama saya gak ngeh kalau itu isyarat untuk tengkurep, saya pikir itu tanda saya dibangunin karena terapi mau selesai wkwkwk. 

Sesi berikutnya saat saya tengkurep, saya baru sadar bahwa semprotan oksigen jadi berada tepat di ubun-ubun, dan 5 menit menjelang tabung dibuka, tekanannya mendadak menjadi semakin tinggi sehingga saya merasakan dingin di kepala, telinga jadi agak sakit lagi, dan baru sadar ketika ada darah menetes dari hidung meski tidak sebanyak adik saya yang mimisannya parah.

Tapi karena sudah tahu itu efek detox, saya tidak khawatir. Lagipula sesi terakhir sudah berkurang banyak mimisannya, dan habis terapi rasanya badan jadi fresh. Efeknya terasa saat bangun tidur, karena tidur lebih pulas dan bangun jadi lebih segar. Tapi setelah sesi pertama dan kedua, memang sakit di telinga masih terasa. Bahkan adik saya masih merasa agak sakit saat bangun tidur keesokan harinya.

Jadi kalau berdasarkan pengalaman sih, kalau Anda merasakan sakit telinga di sesi pertama, mungkin sebaiknya sesi berikutnya jangan terlalu dekat. Ambil jarak 2-3 jam saja dari sesi pertama ke sesi kedua. Karena saya merasakan sendiri kalau jarak dari satu sesi pertama ke sesi kedua terlalu dekat, telinga masih belum benar-benar pulih dan masih berasa sakit. Sehingga kalau langsung terapi lagi satu jam berikutnya, justru malah berefek telinga lebih sakit lagi pada menit-menit awal sesi kedua.

Untuk hal ini sebaiknya Anda konsultasi dulu dengan Pak Steve sebelum terapi, karena beliau akan kasih instruksi ke staffnya untuk mengatur setelan tekanan oksigen. Dan meskipun Pak Steve tidak cerita tentang efek samping dari terapi ini, jika Anda Googling tentang efek samping terapi hiperbarik, maka Anda juga menemukan informasi yang mengatakan bahwa jika dosis oksigen yang diberikan tidak disesuaikan dengan kondisi pasien, maka ada resiko efek samping sebagai berikut:
  1. Kerusakan paru-paru 
  2. Kerusakan di bagian sinus 
  3. Kebocoran atau keluarnya cairan dari telinga bagian dalam
  4. Perubahan penglihatan yang menyebabkan rabun jauh atau myopia 
  5. Keracunan oksigen yang dapat berakibat kegagalan pernapasan, cairan di paru-paru, atau kejang
  6. Kelelahan atau kelaparan setelah terapi
Secara umum, efek samping yang terjadi biasanya bersifat ringan selama terapi oksigen hiperbarik tak berlangsung lebih dari 2 jam dan tekanan di dalam ruangan kurang dari 3 kali dari tekanan normal atmosfir. 

Total terapi yang saya jalani bersama adik dan ibu saya hanya dua hari saja sebanyak 4 sesi saja, karena kami sedang banyak urusan di Bandung. Tapi ibu saya rencananya mau balik lagi dan ingin terapi selama seminggu karena sudah merasakan sakit pinggangnya sembuh setelah terapi meskipun lututnya yang sakit belum terasa ada perbaikan.

Sementara adik saya baru merasakan nafasnya jadi lebih lega dan panjang, sedangkan ketegangan otot lehernya belum terasa ada perubahan.

Saya sendiri merasakan sakit pinggang berkurang meski tidak signifikan. Tetapi engkel kiri saya yang cedera saat latihan parkour dan tidak kunjung sembuh juga meski sudah beberapa kali diurut, ternyata hilang sakitnya. Selain itu, entah rematik atau apa namanya, saya biasanya bangun tidur dengan kedua tangan yang kesemutan dan jari-jari yang kaku. Tetapi sehari setelah terapi, saya tidak lagi merasakan kesemutan. Jadi walaupun pinggang saya belum 100% sembuh, tapi ada penyakit lain yang sembuh dari 4 sesi terapi selama dua hari tersebut.

Mungkin yang berikutnya saya juga mau atur waktu untuk terapi selama 1 minggu bersama ibu, adik, dan rencananya kakak dan ipar saya.  

Oya, menurut petugas, efek terapi Oxybaric ini ada yang dirasakan langsung, tapi ada juga yang baru bereaksi setelah pasien pulang ke rumah. Malah kadang detox bisa terjadi justru setelah pasien pulang ke rumah. Jadi kasusnya bisa beda-beda tiap orang. Jadi kalau misalnya Anda terapi selama 3-7 hari tapi tidak merasakan apapun, maka hanya ada tiga kemungkinan.
  1. Sesi terapinya kurang
  2. Efeknya baru terasa setelah terapi
  3. Mungkin bukan jalannya sembuh lewat terapi tersebut
Karena meski dengan segala kemanjuran yang sudah dirasakan banyak orang, bukan berarti terapi ini adalah obat dewa yang pasti bisa menyembuhkan semua penyakit. 

Meskipun demikian, berikut adalah beberapa manfaat dari terapi Oxybaric yang sudah terbukti khasiatnya.
  • Melancarkan sirkulasi darah
  • Mengencangkan kulit yang berkerut karena penuaan
  • Mempercepat proses penyembuhan luka luar
  • Mempercepat penyembuhan cedera olahraga 
  • Membantu pemulihan pasca terapi radiasi
  • Membantu menghilangkan ketergantungan narkoba atau alkohol
  • Menekan radikal bebas
  • Meningkatkan kebugaran dan vitalitas tubuh
  • Menjaga tubuh tetap sehat, cantik, dan awet muda (Ganteng kok gak ada ya?)
Sedangkan daftar penyakit yang bisa dibantu kesembuhannya yang tertulis dalam brosurnya adalah sebagai berikut:
  • Stroke
  • Diabetes 
  • Jantung
  • Migrain
  • Epilepsi
  • Bronchitis 
  • Asthma
  • Darah tinggi
  • Parkinson 
  • Alzheimer
  • Pikun 
  • Hepatitis
  • Disfungsi ereksi
  • Kemandulan
  • Stress
  • Insomnia
  • Glaukoma 
  • Autis 
  • Cerebral palsy
  • Syaraf kejepit
  • Kanker usus
  • Lupus 
  • Gangguan jiwa
  • Dll.
Terapi ini pun bisa kita lakukan meskipun sedang tidak sakit dengan tujuan untuk recharge badan. Jadi nantinya kalau mau sebulan sekali terapi selama satu hari 3 sesi juga sangat bisa.

Kurang lebih Anda butuh biaya Rp.1.380.000 jika menjalani terapi minimal 3 hari dengan 3 sesi per hari dan menginap di kamar dengan biaya 100 ribu per hari (kamar mandi luar). Masih termasuk murah untuk terapi seperti itu kalau menurut saya jika dibandingkan menjalani terapi hiperbarik di rumah sakit yang bisa mencapai 300 ribu - 400 ribu per sesinya, sehari saja bisa kena sejutaan kalau ambil 3 sesi. 

Tapi kalau Anda lebih suka di rumah sakit yang menyediakan terapi hiperbarik karena lebih dekat dari rumah, atau lebih dekat dengan lokasi cabang Oxybaric di kota Anda, maka Anda pun bisa menjalani terapi di sana dan tidak harus jauh-jauh ke Sukabumi.


Nah, demikianlah tulisan panjang tentang pengalaman pertama menjalani terapi Oxybaric. Saya bukan marketing Oxybaric dan tidak punya afiliasi apapun dengan Oxybaric Center. Tulisan ini sekedar menyampaikan pengalaman saya dalam menjalani terapi Oxybaric, siapa tahu bermanfaat bagi yang membutuhkan informasinya, karena kalau saya Googling tentang terapi ini, sejauh saya browsing, saya belum menemukan tulisan yang benar-benar detail tentang pengalaman menjalani terapi Oxybaric atau hyperbaric. 

Saya juga gak menjamin Anda pasti sembuh kalau menjalani terapi ini, karena sekali lagi terapi ini hanya ikhtiar kita dalam mencari kesembuhan. Tetapi gak ada salahnya dicoba. 

Jadi kalau ditanya apakah saya merekomendasikan? Maka jawabannya adalah... 

“Kalau saya sih yes, gak tahu kalau Mas Anang”.

Demikian semoga bermanfaat.