Tuesday, June 29, 2021
Pengalaman Meningkatkan Imun Dengan Metode Wim Hof
Hingga pertengahan tahun 2019 saya mudah sekali terkena flu. Paling tidak dalam setahun saya kena flu bisa 2-3 kali khususnya pada saat pergantian musim entah itu musim hujan ke kemarau atau sebaliknya.
Selain itu kalau saya dekat-dekat orang yang sedang flu, maka dalam hitungan menit saya sudah ketularan. Hidung tiba-tiba terasa mampet, tenggorokan pun terasa gatal.
Kalau sudah flu saya lebay sekali. Kayak orang yang sakit parah. Apalagi kalau sudah bersin-bersin rasanya tersiksa sekali, terutamanya karena mengganggu tidur sehingga yang mestinya banyak istirahat malah susah istirahat.
Dan kalau melernya sudah sembuh biasanya akan dilanjut dengan batuk kering yang bisa lama sekali sembuhnya. Bisa sebulan lebih meskipun saya coba berbagai macam obat batuk.
Obat-obatan warung sudah gak mempan untuk saya, tapi kalau obat resep dokter masih ampuh meskipun yang generik.
Pertengahan 2019 saya terkena flu lagi dan bersin-bersin tengah malam sampai susah tidur, sehingga saya memutuskan untuk pergi sendiri ke klinik 24 jam di tengah malam dimana seharusnya para mahluk halus yang beredar. Sembuh sih setelah beberapa hari, tetapi setelah itu saya memutuskan cukup sudah, saya gak mau lagi gampang sakit flu kayak gini.
Lalu saya pun mencari metode kesehatan alternatif untuk mengatasi hal ini. Dan setelah trial error mencoba beberapa metode, saya akhirnya bertemu dengan metode Wim Hof yang terkenal itu.
Saya install aplikasinya di smartphone dan mengikuti step by step cara untuk menjadi tahan dengan dingin. Dan setelah kurang lebih satu minggu berlatih pernafasan serta mandi air dingin, ternyata hasilnya membuat netizen melongo! Karena saya mulai kebal dengan rasa dingin, saya mulai tidak pakai selimut saat tidur, dan saya mulai ketagihan mandi air dingin di pagi hari, padahal biasanya saya lebih sering mandi air hangat. Dan setelah itu saya mencapai rekor tidak kena flu lagi hingga akhir tahun 2020.
Di awal 2021 saya sempat kena flu lagi tapi itupun akibat kurang tidur selama 2 hari berturut-turut sehingga menyebabkan badan saya jadi lemah dan kena flu lagi, apalagi cuaca sedang dingin-dinginnya waktu itu.
Tetapi yang mengejutkan adalah recoverynya sangat cepat, saya hanya sempat meler selama 1 hari, sehingga 1 hari itu saya hanya gunakan untuk makan dan tidur. Besoknya saya sudah enakan dan esok lusanya saya sudah sembuh. Padahal biasanya butuh seminggu untuk bisa sembuh dari flu. Lebih luar biasanya lagi saya tidak minum obat apapun! Murni hanya makan dan istirahat sambil melatih metode Wim Hof.
Ini prestasi besar buat saya yang dulu gampang kena flu. Dan sepertinya hal ini sangat membantu untuk menjaga imunitas terutama di masa pandemi Covid-19, alhamdulillah saya sehat walafiat hingga saat artikel ini saya tulis.
Jadi meski dengan segala pro kontra tentang metode Wim Hof, dari pengalaman pribadi saya bisa katakan bahwa metode ini berhasil untuk saya. Tidak ada jaminan berhasil untuk semua orang tapi kalau saya sih alhamdulillah cocok.
Saya tidak punya afiliasi dengan Wim Hof, ini hanya review berdasarkan pengalaman pribadi, jadi kalau anda mau coba silahkan, nggak juga gapapa hehehe.
Dan bagi anda yang ingin tahu gambaran secara garis besar tentang metode Wim Hof yang saya lakukan, anda bisa tonton video berikut ini.
Wednesday, March 24, 2021
Pengalaman Perpanjang SIM Lewat Layanan SIM Keliling
Tanggal 22 Maret 2021 kemaren saya memperpanjang SIM A melalui layanan SIM Keliling yang berlokasi di Mall Thee Matic Majalaya.
Sebetulnya kalau sudah online saya akan senang sekali, tapi sayang menurut info, konon katanya perpanjangan SIM secara online di daerah saya baru bisa dilakukan bulan April 2021.
Saya memilih layanan SIM keliling karena malas untuk pergi langsung ke polres Soreang yang jauh dari rumah. Jadi saya memilih bersabar saja menunggu jadwal SIM keliling dekat rumah.
Ada tetangga ngasih tahu katanya berdasarkan pengalaman dia lebih baik saya datang pagi untuk ambil nomor antrian aja, lalu pulang dulu dan kembali lagi sehabis dzuhur, soalnya antrian panjang dan dijamin dapatnya siang katanya. Ternyata benar! Saya tiba di Thee Matic Majalaya kurang lebih jam 9.45-an, tapi antrian sudah panjang dan saya dapat nomor antrian 125.
Nomor Antrian SIM Keliling |
Adapun alur cara perpanjangan SIM lewat layanan SIM keliling yang saya alami kemarin adalah sebagai berikut:
Pertama, siapkan foto copy KTP dan SIM lama. Menurut keterangan sih masing-masing 2 lembar, tapi kemaren saya cuma diminta satu lembar saja. Kalau lupa bawa photo copy-nya pun jangan khawatir, karena petugas menyediakan jasa foto copy dan laminating, gak tahu bayarnya berapa karena saya sih sudah bawa dari rumah.
Petugas jasa foto copy SIM Keliling |
Nah, kemarin petugas foto copy ini lah yang harus didatengin pertama kali. Karena di sanalah dijual map biru yang harus kita beli, dan sepertinya kita gak bisa bawa map sendiri dari rumah, karena map ini sudah ada capnya dan sudah ada kolom bio data yang harus kita isi, antara lain seingat saya adalah:
Nama, tinggi badan, golongan darah, nama ibu dan bapak, serta pekerjaan.
Kalau kita langsung mendatangi posko tempat daftar antrian dan gak bawa map, maka kita akan disuruh beli dulu mapnya di tukang foto copy mobile tadi. Harga mapnya sendiri Rp.3,000, mungkin di wilayah lain bisa beda. Selain untuk nulis bio data singkat, saya gak ngerti fungsi lainnya dari map ini buat apa, karena seingat saya gak ada dokumen yang harus saya taro di dalam map, tapi kemungkinan sih buat pak polisi nyimpen data-data kita.
Setelah beli map, saya datangi tenda pos tempat pendaftaran antrian. Petugas menyuruh saya menancapkan foto copy KTP pada tusukan yang sudah disediakan di sana, lalu saya duduk di bangku yang sudah disediakan dan tunggu dipanggil. Sayang saya gak bawa pulpen sehingga gak bisa sekalian ngisi bio data yang dicap di atas map yang dibeli tadi sambil nunggu panggilan.
Tempat daftar antrian SIM Keliling |
Kurang lebih 15 menit menunggu akhirnya nama saya dipanggil, saya pun kembali ke pos tempat daftar antrian tadi dan menemui petugas lainnya untuk menyerahkan map, SIM lama yang asli, dan tentu saja bayar biaya perpanjangan SIM.
Di situ saya dikasih pulpen dan disuruh isi dulu bio data yang kolomnya dicap di atas map tadi. Saya pun berusaha menulis serapi mungkin karena tulisan saya aslinya bagus banget mirip huruf latin kuno sehingga cara bacanya cuma saya dan Tuhan yang tahu.
Setelah itu barulah waktunya membayar. Nah, bagian inilah yang paling mengharukan. Kenapa? Karena tarif resmi berbeda dengan di lapangan. Menurut info di internet terbaru tahun 2021, tarif resmi perpanjang SIM A adalah Rp.80.000, sedangkan SIM C Rp.75.000.
Tapi apa yang terjadi kemudian membuat netizen baper! Karena saya diminta membayar Rp.195,000, dan ketika saya kasih dua lembar uang seratus ribuan, si petugasnya bilang, "Gak usah kembalian ya?" dan tanpa menunggu jawaban saya dia pun menyimpan uangnya tanpa ngasih kembalian. Untung saya ganteng maksimal, jadi saya gak peduli dengan kembaliannya. Anggap saja duit goceng itu sumbangan buat asuransi gorengan.
Saya gak kaget sih dengan biaya perpanjangan yang beda dengan tarif resmi karena sudah sering mendengar dari teman-teman yang sudah memperpanjang SIM, cuma yang "gak usah kembalian"nya itu yang bikin saya melongo kayak netizen. Karena kalo seandainya 5000 x 100 orang aja sehari x 30 hari = udah bisa buat bikin pabrik cireng itu mah. Ah sudahlah, jadi suudzon sayah hehehe.
Dan sepertinya biaya perpanjangan ini beda-beda di tiap daerah. Teman saya di Jakarta malah cuma bayar Rp.135.000 untuk SIM A dan Rp.130.000 untuk SIM C. Di Sulawesi teman saya bayar Rp.400.000. Di wilayah Serang, istrinya teman saya bayar totalnya Rp.210.000. Entah apa patokan tarifnya, mungkinkah berdasarkan level kegantengan?
Kurang lebih menunggu satu jam, yang dipanggil baru nomor 30-an. Kalo dihitung-hitung, dalam satu jam yang dipanggil kurang lebih cuma 10-15 orang. Jadinya saya dan istri memutuskan nongkrong di Solaria sambil sarapan.
Tetapi sampai selesai sholat dzuhur, nomor antrian ternyata masih di kisaran 80-an, jadinya kita pindah nongkrong ke KFC. Dan akhirnya nomor antrian saya dipanggil menjelang jam 2 siang. Lumayan lama sodara-sodara, harusnya waktu menunggu tersebut bisa saya gunakan buat umroh atau menyelamatkan dunia dulu.
Setelah nomor saya dipanggil, maka saya pun melangkah dengan elegan memasuki bis tempat pemrosesan perpanjangan SIM. Tadinya saya pikir bakalan ada tes kesehatan, tapi ternyata gak ada tes apapun sama sekali. Padahal saya dengar orang lain ada yang dites kesehatan sama tes psikologi segala. Cobalah anda googling persyaratan perpanjang SIM, maka anda akan menemukan salah satu syaratnya adalah membawa surat keterangan sehat dari rumah sakit yang ditunjuk oleh kepolisian. Tapi nyatanya saya gak diminta surat kesehatan atau dites penglihatan atau tes lainnya.
Mungkinkah biaya Rp.195.000 tadi untuk bayar tes kesehatan yang gak dilakukan sama sekali? Ah entahlah, yang penting saya ganteng.
Nah, di dalam bis ini petugas memastikan lagi bio data saya sudah benar dan lengkap. Setelah itu dilakukan scan sidik jari kedua tangan mulai dari jempol sampai kelingking. Cuma entah karena mesin scannya kurang sensitif atau kebanyakan dipake, saya jadi harus ngulang scan beberapa kali untuk beberapa jari, udah gitu diteken-teken pula jarinya sama pak polisi ke layar mesin scan buat memastikan sidik jari saya ter-scan dengan baik. Nekennya kenceng pula, mayan sakit lah :(
Setelah selesai scan sidik jari, berikutnya adalah membubuhkan tanda tangan digital untuk ditempel pada SIM. Tinggal gunakan pulpen yang disediakan untuk menulis tanda tangan di layar mesin tanda tangan tersebut.
Terakhir, barulah duduk untuk difoto, walaupun sebenarnya kondisi ruangan kurang bagus untuk foto karena lokasi pemotretan berada tepat di pintu masuk bis, dan tanpa peralatan pencahayaan studio foto, sehingga pencahayaannya wajah saya menjadi bercahaya di sisi kiri karena cahaya dari luar bis, tapi sisi wajah sebelah kanan agak gelap karena pencahayaan yang tidak memadai di dalam bis.
Sedikit info saja, saat difoto anda gak perlu pake baju bagus, gak perlu membusungkan dada atau menahan nafas biar terkesan sixpack bahkan mungkin gak perlu mandi. Kenapa? Karena yang tampak di foto SIM cuma bagian leher ke atas. Dan dengan pencahayaan yang asal seperti itu gak bakalan ada yang tahu kalau anda belum mandi.
Selesai difoto, saya pun menunggu kurang lebih setengah jam, kemudian nama saya dipanggil dan pak polisi menyerahkan SIM saya dari jendela bis sambil menginstruksikan untuk melaminasi SIM tersebut pake anti gores di petugas jasa laminasi/anti gores yang sudah disediakan persis di bawah jendela bis tempat pak polisi menyerahkan SIM pada kita. Tukang laminating ini adalah sekaligus petugas foto copy dan jual map tadi.
Di sini SIM saya dilaminating dan biayanya 10 ribu. Berarti total biaya yang saya keluarkan untuk perpanjang SIM ini adalah: Rp.195.000 + 5000 sumbangan asuransi gorengan + 10 ribu biaya anti gores + 3000 biaya beli map = Rp.213.000, belum termasuk biaya makan berdua istri sekitar 100 ribuan, dan biaya parkir 15 ribu untuk durasi parkir yang dihitung 5 jam meski total waktu yang saya habiskan untuk proses perpanjangan SIM ini sekitar 4 jam 30 menit.
Sedikit komplain dari saya adalah hasil laminasi yang kurang rapi, plastik anti goresnya gak menutupi keseluruhan SIM saya sehingga ngatung di sebelah kanan dan hasil potongan plastiknya juga gak rapi, udah gitu plastik anti goresnya juga kayak gampang dilepas, karena dicungkil sedikit saja udah kayak mau lepas plastiknya.
Dan saya baru ngeh begitu lihat lagi SIM baru saya, hasil crop fotonya ternyata gak rapi, masih bagusan hasil crop saya kalo ngedit foto wkwkwk. Tapi ya sudahlah, namanya juga bikin SIM di dalam bis, dengan peralatan seadanya jangan harap hasilnya bagus. Mungkin beda kalau perpanjang SIM di polres, tapi kalau membandingkan dengan SIM lama yang dibikin di polres jelas saya lebih suka yang lama hehehe.
Penampakan SIM Baru |
Penampakan SIM Lama |
Ah sudahlah, yang penting bisa nyetir lagi dengan tenang karena punya SIM.
Demikian sekilas pengalaman saya memperpanjang SIM A melalui layanan SIM keliling. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Bagi anda yang akan memperpanjang SIM pada bulan April 2021 dan seterusnya, maka berbahagialah anda karena konon katanya nanti sudah bisa lewat jalur online sehingga menghemat energi untuk antrian dan mudah-mudahan bisa menghilangkan biaya yang tak diperlukan.
Sunday, September 27, 2020
Pengalaman Gagal Transfer Dari Mandiri Ke BRI Credit Card
Pada hari Selasa tanggal 22 September 2020, saya untuk pertama kalinya menggunakan aplikasi Mandiri Online untuk transfer antar bank dari Mandiri ke BRI dalam rangka pembayaran tagihan kartu kredit Mastercard BRI.
Biasanya saya pakai BCA untuk bayar kartu kredit ini tiap bulannya, tapi karena bulan ini dana yang tersedia ada di rekening Mandiri, maka saya pun mencoba transfer dari Mandiri.
Sebenarnya di aplikasi M-BCA dan Mandiri Online ada menu khusus untuk pembayaran kartu kredit, tetapi setahu saya metode pembayaran ini gak langsung nyampe pembayarannya, paling tidak butuh waktu 2 hari kerja sampai pembayaran diterima di Bank bersangkutan.
Karena itu setiap kali saya bayar kartu kredit selalu pakai metode transfer online atau transfer langsung sehingga pembayaran bisa nyampe saat itu juga secara real time. Saya selalu cek lewat aplikasi kartu kredit BRI setiap kali habis transfer dari BCA, dan TADAA! Saldo kartu kredit saya pun sudah bertambah sejumlah yang saya transfer.
Nah, tanggal 22 September 2020 kemarin saya pertama kalinya mencoba bayar kartu kredit BRI dengan metode transfer online lewat aplikasi Mandiri Online. Dan ketika saya transfer pada pukul 10:08 pagi, transaksi pun dinyatakan berhasil, tetapi...
JEJENGG!!
Begitu saya cek lewat aplikasi kartu kredit BRI, ternyata saldonya tidak bertambah satu rupiahpun!
Saya pikir mungkin delay sedikit, jadi saya biarkan saja. Tetapi ketika saya cek siang harinya, ternyata pembayaran belum juga masuk. Oke saya tunggu sampe sore, ternyata belum masuk juga, dan malamnya...ternyata belum masuk juga.
Kemudian saya mencoba googling tentang masalah transfer dari Mandiri ke BRI, ternyata ada juga beberapa kasus yang sama. Dan kali ini giliran saya yang mengalaminya setelah lebih dari 20 tahun jadi nasabah bank di manapun belum pernah mengalami gagal transfer atau masalah lainnya.
Terus terang agak panik karena jumlah yang saya transfer lumayan besar, sekitar 1.3 jutaan. Sempat terpikir bagaimana kalau uang saya hilang? Bagaimana kalau pihak bank tidak bisa membantu karena dari sisi data yang tercatat proses transfer sudah dinyatakan berhasil? Bagaimana kalau saya jadi harus bayar dua kali ke BRI?
Tapi saya berusaha menenangkan diri, karena solusinya sih sebenarnya simple, tinggal telepon call center atau datang ke Bank Mandiri terdekat. Lagipula dari beberapa kasus yang saya baca di internet, saya lihat kasusnya terselesaikan meskipun ada yang cepat dan ada yang lama prosesnya.
Meskipun tinggal telepon 14000, tapi saya memutuskan menunggu sampai besok. Karena saya ingat dulu pernah bekerja sebagai staf outsource untuk operator server ATM di Bank BRI Jakarta Pusat, dan setiap malam ada yang namanya proses cut off, saya pikir mungkin data transaksi saya baru akan tercatat setelah proses cut off selesai.
Tapi meskipun hati ini ditenang-tenangin, tetap saja rasa gelisah tak bisa dipungkiri, bahkan sampai saya susah tidur wkwkwk, segitu cintanya pada uang ya sampe tidur aja terganggu, padahal harusnya kita jangan cinta dunia apalagi harta, tapi ternyata saya masih manusia yang takut kehilangan harta.
Setelah bersusah payah menenangkan diri akhirnya saya bisa tidur juga.
Esok harinya hari Rabu tanggal 23 September 2020, ketika saya cek lagi...ternyata pembayaran belum juga masuk sodara-sodara! Saya tunggu sampai siangan pun ternyata belum masuk juga. Akhirnya saya memutuskan untuk menelepon call Mandiri di nomor 14000.
Saya pun berbicara dengan operator dan menyampaikan permasalahan saya. Maka si mbak operator pun memverifikasi identitas saya dengan menanyakan nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung serta nomor rekening atau nomor ATM. Setelah itu dia meminta saya menceritakan detail masalahnya kembali, kemudian setelah saya selesai bercerita dia pun menyuruh saya menunggu sekitar 3-5 menitan, untuk kemudian memberitahukan saya bahwa memang benar ada transaksi tersebut dan dana dari rekening saya sudah terpotong.
Kemudian si mbak operator membuatkan laporan dan memberitahukan bahwa proses paling cepat adalah 1 hari kerja dan paling lama 12 hari kerja. Tapi katanya biasanya bisa lebih cepat dari 12 hari kerja. Tak lupa si mbak operator menyarankan saya agar crosscheck juga dengan pihak Bank BRI untuk memastikan.
Saya pun berterima kasih atas bantuan si mbak operator dan pembicaraan pun berakhir tanpa kami bisa berkenalan lebih lanjut dan saling tukar nomer HP (apa sih?).
Setelah itu saya sempat khawatir jangan-jangan masuknya nanti setelah 12 hari kerja, dan itu berarti sudah lewat dari tanggal jatuh tempo pembayaran kartu kredit saya, nanti kena denda deh. Tapi saya memutuskan untuk bersabar menunggu saja dan berharap bisa masuk hari ini juga kalau bisa. Karena kalau baca-baca kasus serupa di internet, ada seorang ibu yang mengalami gagal transfer dan setelah lapor langsung ke cabang Mandiri terdekat, prosesnya cuma satu jam, dana si ibu sudah dikembalikan lagi ke rekeningnya.
Ketika saya cerita pada kakak saya, ternyata dia juga pernah mengalami masalah yang sama, tapi dia datang langsung ke cabang terdekat dan masalah selesai hari itu juga. Kata kakak saya kalau lewat online atau call center biasanya lama, bisa lebih dari seminggu katanya, karena kakak saya pernah ngalamin masalah di bank lain yaitu Bank BNI, ketika dia melakukan transaksi tarik tunai di ATM BNI ternyata uangnya tidak keluar dan dana tetap terpotong. Waktu itu kakak saya mendatangi customer service, tetapi oleh staf CS tersebut malah disuruh menghubungi call center, dan akhirnya kakak saya menelepon call center BNI, kemudian diproses, dan setelah seminggu lebih barulah dana tersebut dikembalikan ke rekeningnya.
Waduh, tahu gitu saya juga datang ke cabang Mandiri terdekat aja biar cepat selesai ya, tapi apa iya bisa beda gitu layanan call center sama datang langsung?
Tapi ya sudah, terlanjur telpon call center, jadi saya memutuskan menunggu saja meski sambil sebentar-sebentar cek lewat aplikasi kartu kredit BRI, tapi ternyata sampai malam hari tiba pun pembayaran belum juga masuk. Ya sudahlah saya bersabar saja, meskipun tetap cek terus beberapa kali dalam sehari.
Hari Kamis, 24 September 2020, ternyata masih sama, belum ada pembayaran masuk. Dan ketika memasuki hari Jumat sore tanggal 25 September 2020 ternyata belum masuk juga, saya pun pasrah, karena kalau prosesnya berdasarkan hari kerja, maka hari sabtu minggu tidak akan diproses, jadi kemungkinan terburuk saya anggap saja pembayaran baru masuk setelah 12 hari kerja.
Kemudian pada Sabtu dini hari tanggal 25 September 2020, pas bangun tidur saya masih sempet-sempetnya cek lagi lewat aplikasi kartu kredit BRI meski dengan kondisi masih ngantuk. Tapi yang terjadi kemudian membuat netizen melongo! Nyaris tidak percaya karena ternyata pembayaran sudah masuk dengan jumlah sesuai yang saya bayarkan.
Saya pun lega banget dan bersyukur uang saya tidak hilang. Kelihatan banget takut kehilangannya ya? Wkwkwk.
Jadi kesimpulannya berdasarkan pengalaman ini, jangan takut jika anda mengalami gagal transfer antar bank, karena InsyaAlloh uangnya tidak akan hilang. Hubungi saja call center atau datangi kantor cabang terdekat dan sampaikan keluhan atau permasalahan anda, dan pastikan yang anda sampaikan bukan curhat tentang keinginan kembali pada mantan.
Mungkin yang akan jadi masalah besar adalah...jika anda transfer pada seseorang yang membutuhkan uangnya saat itu juga dan ternyata tidak masuk, sudah gitu anda gak punya lagi duit untuk ditransferkan, nah itu baru bisa jadi masalah. Apalagi kalau yang minta ditransfer tidak mau menunggu sampai 12 hari kerja untuk mendapatkan uangnya.
Intinya, jadilah horang kayah, agar anda tidak khawatir lagi soal uang, dan kalau ada kasus begini anda bisa tetap tenang karena kalaupun harus transfer dua kali anda tidak akan bingung mesti nyari duit kemana lagi, karena duit anda berlimpah dan gak akan habis meski dibelikan gorengan setiap menit.
Demikian semoga bermanfaat.