Blog Punya Sayah

Tempat menuangkan isi kepala biar cepet kaya

Wednesday, July 24, 2019

Cara Memotong dan Memisahkan Anak Lidah Buaya


Waktu pertama kali lidah buaya saya beranak, saya awalnya membiarkan saja dia tetap bersama induknya, sampai suatu hari membaca artikel yang mengatakan bahwa kalau dibiarkan saja maka dia bisa rebutan makanan dengan induknya.

Kalau yang saya lihat, beberapa daun lidah buaya induknya ada yang jadi mengering dan mati, mungkin itu efek dari rebutan makanan pikir saya. Maka saya pun mencoba memisahkan si anak dari induknya walaupun masih piyik.

Tapi ketika saya mau cabut ternyata susah, saya bongkar tanahnya ternyata masih ada semacam pipa yang menghubungkan si anak dengan induk lidah buaya, mungkin semacam tali ari-ari kalau di manusia. Lalu saya potong begitu saja si pipa tersebut dan saya pindahkan si anak ke pot baru.

Tetapi, si anak yang baru dipindahkan tersebut dari hari ke hari warnanya perlahan-lahan mulai menghitam warnanya seolah mau mati. Saya pikir, "Wah pasti salah nih cara nyabutnya..." tapi saya berharap dia bisa tetap hidup, maka saya pun suka bicara pada dia dan mengatakan, "Hidup ya...bertahanlah..."

Semakin hari tak ada perubahan warnanya tetap gelap, sampai akhirnya suatu hari saya harus pergi ke luar kota selama seminggu, maka saya siram dulu si anak lidah buaya itu dan induknya. Ini artinya selama satu minggu dia gak akan ada yang menyirami, karena biasanya saya siram mereka 3 hari sekali. Tapi setau saya lidah buaya ini kuat walaupun sampai satu minggu tidak disiram.

Dan ketika saya kembali dari luar kota, saya kaget karena anak lidah buaya tersebut warnanya kembali jadi cerah seolah dia bangkit dari kematian wkwkwk. Saya gak punya foto sebelumnya waktu warnanya masih hitam, tapi inilah penampakannya sekarang setelah seger lagi.

Anak lidah buaya yang bangkit dari kubur :v
Saya gak tahu apakah menghitamnya warna daunnya waktu itu adalah efek asal cabut, atau memang ada fase dia jadi hitam dulu sebelum hijau lagi, tapi yang jelas saya lebih hati-hati dan jadi gak mau asal cabut kalau lidah buayanya beranak lagi.

Nah, belum lama ini, ternyata lidah buaya saya beranak lagi. Seneng dong lihatnya. Tapi kali ini saya gak mau gegabah asal cabut, jadi saya pun googling mencari cara memisahkan anak lidah buaya dan induknya. Tapi entah sayanya yang kurang teliti atau gimana, saya hampir tidak menemukan info cara memotong dan memisahkan anak lidah buaya dari induknya. Ada satu blog yang menjelaskan bahwa anak lidah buaya yang masih piyik pun sudah bisa dipisahkan, tapi tidak menjelaskan secara detail bagaimana cara memotong anak lidah buayanya dengan baik dan benar.

Maka saya pun mencoba bereksperimen. Pertama, saya biarkan si anak lidah buaya agak gedean dikit, karena waktu itu masih piyik banget dan saya gak tega untuk mencabutnya, soalnya serasa merebut anak bayi yang lagi nyusu sama ibunya wkwkwk.

Kurang lebih satu bulanan saya biarkan dia membesar dulu sedikit. Dan ketika saya lihat daun induknya mulai ada yang mengering mungkin karena efek rebutan makanan, maka saya pun berkata, "Ini sudah saatnya..."

Kali ini saya lebih berhati-hati, saya gali dulu tanah di sekitar anak lidah buaya tersebut. Dan JEJEENGG! Saya melihat pemandangan yang agak berbeda dengan waktu pertama kalinya saya memotong anak lidah buaya. Karena kali ini saya melihat anak lidah buaya ini ada beberapa akar yang tumbuh di sekelilingnya. Sedangkan dulu waktu mencabut anak lidah buaya yang pertama, saya tidak melihat itu.

Anak lidah buaya sudah berakar
Melihat anak lidah buaya yang berakar ini membuat saya jadi pede untuk mencabutnya. Karena ini berarti dia sudah bisa mandiri menyerap makanan dari akarnya tanpa perlu bergantung lagi pada induknya. Tapi meskipun begitu saya tetap berusaha mencabutnya dengan hati-hati.

Dan tanpa disangka-sangka, ternyata mencabutnya mudah sekali tidak seperti dulu waktu pertama kali mencabut anak lidah buaya yang masih bayi. Kali ini sepertinya saya mencabutnya disaat yang tepat.

Anak lidah buaya yang berhasil dicabut dengan mudah

Maka saya pun mulai menyiapkan pot baru untuk sikecil ini. Kalau menurut artikel yang pernah saya baca, konon katanya ada dua hal yang perlu diperhatikan saat memindahkan anak lidah buaya ke pot yang baru.

Yang pertama, diamkan dulu anak lidah buayanya selama beberapa hari dalam arti jangan langsung ditanam. Itu berarti dia dibiarkan tergeletak tanpa tanah. Tapi saya kok gak tega ya wkwkwk, saya khawatir salah langkah dan menyebabkan anak lidah buaya ini mati. Jadi saran ini saya skip, dan saya langsung menanamnya hari itu juga supaya dia bisa tetap berada di tanah dan menyerap sari-sari makanan dari situ.

Penampakan tanah dan pot yang saya gunakan untuk anak lidah buaya
Yang kedua, konon katanya kita harus menyiapkan tanah berpasir yang kering untuk menanam lidah buaya. Intinya sama kayak nanam kaktus, jenis tanahnya disarankan seperti itu. Tapi saya juga skip saran ini karena banyak tanah yang bisa dimanfaatkan di halaman depan rumah saya, jadi saya mengambil tanah yang ada saja, bahkan saya siram dulu tanahnya sebelum ditanami anak lidah buaya.

Keluarga Aloe Vera
Udah deh, gitu aja. Jadi sekarang anggota keluarga lidah buaya saya ada empat. Satu induk dan tiga anak. Tapi anak yang paling kiri bukan anak kandung induk lidah buaya yang saya punya, dia anak tiri, gak tau anak siapa wkwkwk.

Dia saya temukan di halaman rumah mertua saya dalam keadaan masih kecil banget, bentuknya pun masih belum jelas lidah buaya atau bukan, karena seingat saya waktu itu tumbuhnya sendirian di tanah yang gak ada lidah buaya lain.

Entah dia anak yang tertinggal atau ditelantarkan orang tuanya, atau mungkin tumbuh dengan sendirinya. Tapi waktu itu saya berinisiatip untuk mengambilnya dan waktu itu saya tanam di pot yang sama dengan lidah mertua yang sedang saya kembangbiakkan juga. Kemudian lama kelamaan dia makin membesar sehingga terlihat jelas dia adalah lidah buaya. Karena itu sekarang dia sudah diadopsi dan masuk kartu keluarga anak keluarga lidah buaya saya hehehe.

Kesimpulannya, saya gak tahu apakah cara saya memotong dan memisahkan anak lidah buaya ini benar atau nggak, yang jelas sampai hari ini semua lidah buayanya sehat wal afiat. Tapi kalau ada di antara anda yang lebih tahu cara yang lebih baik untuk mengembangbiakkan lidah buaya, dengan senang hati saya tunggu sarannya 

Thursday, July 18, 2019

Menanam dan Merawat Lidah Buaya Dalam Pot

Sejak setahun yang lalu saya tiba-tiba tertarik untuk mengembangbiakkan Lidah Buaya dan Lidah Mertua. Awalnya karena waktu itu sedang musim kemarau, dan cuaca yang panas membuat saya merasa gerah di dalam rumah. Tapi daripada pasang AC, saya lebih tertarik menggunakan cara yang alami. Karena itu saya Googling untuk mencari tipe tanaman yang membuat udara dalam ruangan jadi adem.

Saya menemukan beberapa tanaman yang konon katanya bisa membuat udara dalam rumah menjadi lebih adem. Beberapa di antaranya adalah Lidah Buaya dan Lidah Mertua. Kebetulan di rumah mertua saya ada lidah buaya yang gak keurus, sebagian daunnya mulai menguning, ada bagian yang patah, dan ada bekas terbakar, karena di depan rumahnya tiap hari suka ada anak-anak muda nongkrong sambil merokok, dan mereka buang puntung rokok sembarangan sehingga sering mengenai tanaman lidah buaya tersebut.

Maka saya pun meminta lidah buaya itu pada mertua saya untuk saya adopsi dan saya tanam di rumah. Yang ukurannya gede saya tanam langsung di tanah, dan yang masih agak kecil saya tanam dalam pot.

Lidah buaya yang saya selamatkan dari rumah mertua
Awalnya saya gak paham cara merawat lidah buaya ini, karena dulu saya gak suka bercocok tanam. Maka saya perlakukan lidah buaya ini asal saja tanpa saya mencari tahu bagaimana cara merawatnya dengan baik dan benar.

Saya menyiramnya setiap hari dan menyimpannya di ruang terbuka yang terkena sinar matahari. Tapi ternyata...cara ini salah sodara-sodara. Karena lidah buayanya lama kelamaan mengalami perubahan warna, ada yang daunnya jadi gelap warnanya, dan ada yang menguning lalu membusuk dan akhirnya mati 

Dari situ barulah saya mencari tahu bagaimana cara merawat lidah buaya yang benar. Dan saya mendapatkan informasi bahwa ternyata lidah buaya ini tidak boleh disiram setiap hari karena daunnya sendiri sudah mengandung air. Maka konon menurut saran yang saya baca dari blog maupun youtube, menyiram lidah buaya cukup 2-3 kali saja seminggu. Tetapi berdasarkan pengalaman saya pribadi, ternyata menyiramnya seminggu sekali pun cukup, bahkan lebih cepat berkembangnya dibandingkan kalau disiram lebih dari 1 kali dalam seminggu.

Lidah buaya yang saya kembangbiakkan dalam pot
Kemudian, saya juga baru tahu bahwa lidah buaya ini ternyata tidak boleh kena sinar matahari langsung. Karena saya sudah pernah membuktikan sendiri ketika kena sinar matahari langsung, daunnya mulai berwarna merah kecoklatan seperti terbakar. Tapi ketika saya amankan ke tempat yang teduh, daunnya perlahan pulih dan kembali berwarna hijau.

Agak berbeda dengan pengalaman teman saya yang katanya punya lidah buaya liar banyak banget di halaman rumahnya. Semuanya tumbuh tanpa masalah dan beranakpinak dengan cepat meskipun tiap hari kena panas atau hujan. Hmm...entahlah saya gak tahu, tapi mungkin karena mereka tumbuh liar jadinya daya tahannya lebih kuat dibandingkan yang dikembangbiakkan secara manual.

Yang jelas saya sih sudah membuktikan sendiri kalau disiram tiap hari dan kena sinar matahari langsung, tanaman lidah buaya ini malah bisa membusuk dan mati. Jadi saya berkesimpulan lebih baik cari aman aja, siram seminggu sekali dan jangan kena sinar matahari langsung.

Alhamdulillah dengan cara ini lidah buaya saya mulai berkembang dengan baik bahkan sudah mulai beranak pinak. Sungguh senang saat melihat usaha budi daya saya berhasil meskipun saya belum tahu ke depannya mau saya jadikan apa hasil budi daya ini apakah mau dijual atau dimanfaatkan daunnya untuk obat, entahlah belum kebayang. Tapi yang jelas saya senang bisa mulai bercocok tanam walaupun mulai dari tanaman-tanaman yang sederhana.

Barangkali anda ada yang tahu cara menanam, merawat, dan mengembangbiakkan lidah buaya alias aloe vera ini dengan metode yang lebih baik, silahkan kasih tau saya 


Saturday, July 13, 2019

Nonton Spider-Man: Far From Home

Sebagai penikmat film-film Marvel Cinematic Universe, maka ketika Spider-Man: Far From Home tayang perdana, saya pun memilih nonton di hari pertama tayang di jadwal yang sepagi mungkin biar bisa menebar spoiler dengan penuh cinta kasih pada orang-orang yang belum nonton hehehe.

Apalagi film ini konon katanya adalah penutup fase 3 MCU setelah Avengers: Endgame, meskipun banyak yang menyangka bahwa Endgame adalah penutup dari fase 3 film-film Marvel.

Tapi dari trailernya di youtube pun kita masih bisa menyaksikan bahwa film ini masih ada kaitannya dengan Infinity Saga, karena  cerita dalam film ini kejadiannya adalah pasca Avengers: Endgame.

Lihat trailernya sih sepertinya lumayan walaupun saya gak terlalu antusias nontonnya, mungkin karena kecewa waktu nonton filmnya yang pertama yaitu Spider-Man: Homecoming yang menurut saya ceritanya ABG banget dan itu sebetulnya wajar karena Spider-Man nya juga masih abege wkwkwk. Mungkin karena faktor usia yang sudah tidak abege yang membuat saya kurang cocok dengan film-film bertema remaja. Beda waktu nonton Spider-Man versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield, cerita dan dialog-diaognya lebih dewasa sehingga bisa lebih masuk untuk orang seusia saya.

Kali ini saya kebagian jadwal nonton jam 09.00 pagi di CGV Metro Mall Indah Bandung. Ini adalah jadwal nonton terpagi saya sejauh ini, setelah sebelumnya selalu nonton di jadwal sore atau malam karena harus tunggu istri selesai dagang. Tapi berhubung tanggal 3 Juli kemarin istri saya sedang libur dagang, maka dia pun bisa temenin saya untuk nonton di jadwal paling pagi tersebut. Ini rekor saya nonton paling pagi dan sepertinya harus dirayakan dengan makan-makan wkwkwk.

Seperti biasa saya sudah memesan tiket secara online melalui aplikasi CGV, dan saya ajak istri saya nonton meskipun sebenarnya dia gak suka genre film superhero karena dia mah demennya drama korea, tapi sebagai istri yang baik dia selalu menemani saya nonton film-film superhero kegemaran saya meski usia sudah tak lagi abege. Dan seperti biasa kalo nonton di CGV saya memilih tempat duduk Sweet Box biar romantis dan bisa peluk-pelukan sama istri hehehe. Yang belom nikah jangan peluk-pelukan dulu yah, halalkan dulu pasanganmu baru boleh peluk-pelukan 

Nah, tibalah waktunya film dimulai. Saya pun nonton tanpa pasang ekspektasi tinggi untuk film ini. Adegan awal yang menampilkan Nick Fury dan Cobie Smulder memeriksa reruntuhan dan disusul dengan kemunculan Mysterio itu cukup oke. Kemudian disusul dengan opening title, dan adegan berikutnya barulah menampilkan kehidupan Peter Parker pasca Endgame.

Secara keseluruhan, jalan cerita Far From Home ini lebih oke dari Homecoming, tapi dialog-dialog gaya ABG dan komedi filmnya masih tetap kurang masuk buat saya. Beberapa adegan komedi seperti waktu Ned jatuh cinta pada Betty itu cukup lucu tapi sisanya cuma bisa bikin saya dan istri saya nyengir kuda aja. Dialog-dialog gaya ABG nya pun agak boring menurut saya.

Tapi dari sisi CGI dan fight scenenya jelas keren banget, terutama waktu adegan Spider-Man melompat sana-sini untuk melawan drone-drone milik Mysterio. CGI nya sudah jauh lebih keren daripada jaman Spider-Man Tobey Maguire.

Mungkin yang agak mengecewakan di sini adalah karena monster-monster yang muncul di film ini ternyata hanya ilusi yang dibuat oleh Mysterio. Selain itu, Mysterio ternyata bukan dari universe lain, dia berbohong soal multiverse, sehingga yang nonton trailernya dan menyangka MCU akan memperkenalkan konsep multiverse di film ini mungkin akan sedikit jengkel karena bukan multiverse betulan yang diceritakan dalam film ini, tidak seperti multiverse yang diceritakan di film kartun Spider-Man: Into The Spider-verse.

Dan kalo anda pemerhati simbol illuminati, anda akan melihat pesan illuminati di sini ketika Mysterio mengeluarkan kekuatannya, cahaya hijau yang keluar dari tangannya membentuk segitiga dan ada simbol satu mata di tengah segitiganya. Coba aja perhatikan baik-baik hehehe. Eh di posternya juga ada simbol segitiga loh, lihat aja gambar paling atas di postingan ini 

Ada kejutan di post credit scene yang pertama ketika muncul tokoh Jonah Jameson yang diperankan oleh J.K Simmons, orang yang sama yang memerankan Jonah Jameson di film-film Spider-Man nya Tobey Maguire. Ini nostalgia banget walaupun Jonah Jamesonnya sudah agak botak, tapi gaya cerewetnya masih tetap sama seperti dulu. Dan lebih mengejutkan lagi ketika identitas Spider-Man diungkapkan oleh Jonah Jameson melalui video yang diunggah Mysterio sebelum kematiannya.

Itulah ending yang ngeselin, karena setelah identitas Spider-Man diungkap, film pun berakhir, membuat penonton penasaran dan bertanya-tanya kapan sequelnya tayang. Ya, karena konon Tom Holland masih punya kontrak satu film Spidey lagi, walaupun pihak Sony mengancam akan mengambil kembali hak film Spider-Man jika penghasilan dari Far From Home yang bekerjasama dengan Marvel ini tidak mencapai 1 milyar dolar. Dan jika itu terjadi, ada kemungkinan Tom Holland akan diganti oleh aktor lain di film Spider-Man versi Sony.

Buat saya sih bodo amat itu urusan mereka wkwkwk. Yang jelas, sebagai hiburan film Spider-Man: Far From Home ini cukup oke lah. Tapi seru banget sih nggak. Biasanya sih ukuran serunya sebuah film buat saya ada dua.

Pertama, ada memorable scene yang selalu mengingatkan pada film tersebut. Misalnya adegan munculnya Thor di Wakanda diiringi OST Avengers dalam film Infinity War. Adegan epic tersebut selalu terbayang di kepala, apalagi waktu itu penonton serentak bertepuk tangan riuh termasuk saya hehehe.

Kedua, saya selalu ingin nonton lagi filmnya. Infinity War dan Lord of The Rings termasuk film-film yang saya tonton lebih dari satu kali dan gak bosen nontonnya.

Nah, sayangnya film Spider-Man yang ini bagi saya gak ada memorable scene dan juga gak bikin saya pengen nonton lagi. 

Jadi, bagi saya film Far From Home ini biasa aja, tapi lumayan sih buat hiburan mah gak mengecewakan. Jadi saya kasih skor 7.5/10 saja untuk film ini. Anda mungkin berbeda, karena selera kita gak sama hehehe.

Oh ya, ini adalah pengalaman pertama kalinya saya nonton di CGV Metro Mall, dan ada sedikit ganjalan di hati saya. Yaitu ketika kami sampai di CGV jam 8.30 pagi, kami melihat sudah cukup banyak orang yang berkumpul tapi loket penjualan tiket belum dibuka, padahal tinggal 30 menit lagi menuju jam tayang. Dan para karyawannya belum terlihat nongol, sepertinya masih beres-beres di dalam.

Saya sih sudah pesan tiket secara online, tapi ternyata mesin tiketnya juga belum dinyalakan. Jadilah saya dan beberapa orang yang sudah pesan tiket online harus tetap mengantri di depan mesin tiket menunggu mesinnya dinyalakan. Saya jadi sempat ragu apakah benar filmnya jadi tayang jam 9 pagi atau jangan-jangan bakalan dimundurin karena karyawan belum pada datang.

Kurang lebih 10 menit menjelang film tayang barulah mulai banyak karyawan bioskop yang bermunculan. Mereka mulai menyalakan mesin tiket, mesin kasir, layar monitor, dan semua yang perlu dinyalakan lainnya.

Untung penonton gak berjubel di jam 9 ini jadi meskipun sudah mendekati injury time menjelang jam tayang, tidak ada keterlambatan yang berarti dan para penonton bisa masuk teater tepat waktu.

Entah prosedurnya memang begitu atau karyawannya yang telat datang, saya gak tahu. Tapi sebaiknya sih minimal 1 jam sebelum jam tayang semua sudah serba siap biar penonton gak kebingungan dan ngomel-ngomel karena udah datang pagi-pagi tapi bioskopnya belum buka. Kasian kan mereka yang belum terbiasa pesan tiket online dan sengaja datang pagi untuk beli tiket di tempat. Semoga pihak managemen bioskop memperhatikan hal ini.

Demikian postingan kali ini semoga mengharukan.