Tanggal 22 Maret 2021 kemaren saya memperpanjang SIM A melalui layanan SIM Keliling yang berlokasi di Mall Thee Matic Majalaya.
Sebetulnya kalau sudah online saya akan senang sekali, tapi sayang menurut info, konon katanya perpanjangan SIM secara online di daerah saya baru bisa dilakukan bulan April 2021.
Saya memilih layanan SIM keliling karena malas untuk pergi langsung ke polres Soreang yang jauh dari rumah. Jadi saya memilih bersabar saja menunggu jadwal SIM keliling dekat rumah.
Ada tetangga ngasih tahu katanya berdasarkan pengalaman dia lebih baik saya datang pagi untuk ambil nomor antrian aja, lalu pulang dulu dan kembali lagi sehabis dzuhur, soalnya antrian panjang dan dijamin dapatnya siang katanya. Ternyata benar! Saya tiba di Thee Matic Majalaya kurang lebih jam 9.45-an, tapi antrian sudah panjang dan saya dapat nomor antrian 125.
Nomor Antrian SIM Keliling |
Adapun alur cara perpanjangan SIM lewat layanan SIM keliling yang saya alami kemarin adalah sebagai berikut:
Pertama, siapkan foto copy KTP dan SIM lama. Menurut keterangan sih masing-masing 2 lembar, tapi kemaren saya cuma diminta satu lembar saja. Kalau lupa bawa photo copy-nya pun jangan khawatir, karena petugas menyediakan jasa foto copy dan laminating, gak tahu bayarnya berapa karena saya sih sudah bawa dari rumah.
Petugas jasa foto copy SIM Keliling |
Nah, kemarin petugas foto copy ini lah yang harus didatengin pertama kali. Karena di sanalah dijual map biru yang harus kita beli, dan sepertinya kita gak bisa bawa map sendiri dari rumah, karena map ini sudah ada capnya dan sudah ada kolom bio data yang harus kita isi, antara lain seingat saya adalah:
Nama, tinggi badan, golongan darah, nama ibu dan bapak, serta pekerjaan.
Kalau kita langsung mendatangi posko tempat daftar antrian dan gak bawa map, maka kita akan disuruh beli dulu mapnya di tukang foto copy mobile tadi. Harga mapnya sendiri Rp.3,000, mungkin di wilayah lain bisa beda. Selain untuk nulis bio data singkat, saya gak ngerti fungsi lainnya dari map ini buat apa, karena seingat saya gak ada dokumen yang harus saya taro di dalam map, tapi kemungkinan sih buat pak polisi nyimpen data-data kita.
Setelah beli map, saya datangi tenda pos tempat pendaftaran antrian. Petugas menyuruh saya menancapkan foto copy KTP pada tusukan yang sudah disediakan di sana, lalu saya duduk di bangku yang sudah disediakan dan tunggu dipanggil. Sayang saya gak bawa pulpen sehingga gak bisa sekalian ngisi bio data yang dicap di atas map yang dibeli tadi sambil nunggu panggilan.
Tempat daftar antrian SIM Keliling |
Kurang lebih 15 menit menunggu akhirnya nama saya dipanggil, saya pun kembali ke pos tempat daftar antrian tadi dan menemui petugas lainnya untuk menyerahkan map, SIM lama yang asli, dan tentu saja bayar biaya perpanjangan SIM.
Di situ saya dikasih pulpen dan disuruh isi dulu bio data yang kolomnya dicap di atas map tadi. Saya pun berusaha menulis serapi mungkin karena tulisan saya aslinya bagus banget mirip huruf latin kuno sehingga cara bacanya cuma saya dan Tuhan yang tahu.
Setelah itu barulah waktunya membayar. Nah, bagian inilah yang paling mengharukan. Kenapa? Karena tarif resmi berbeda dengan di lapangan. Menurut info di internet terbaru tahun 2021, tarif resmi perpanjang SIM A adalah Rp.80.000, sedangkan SIM C Rp.75.000.
Tapi apa yang terjadi kemudian membuat netizen baper! Karena saya diminta membayar Rp.195,000, dan ketika saya kasih dua lembar uang seratus ribuan, si petugasnya bilang, "Gak usah kembalian ya?" dan tanpa menunggu jawaban saya dia pun menyimpan uangnya tanpa ngasih kembalian. Untung saya ganteng maksimal, jadi saya gak peduli dengan kembaliannya. Anggap saja duit goceng itu sumbangan buat asuransi gorengan.
Saya gak kaget sih dengan biaya perpanjangan yang beda dengan tarif resmi karena sudah sering mendengar dari teman-teman yang sudah memperpanjang SIM, cuma yang "gak usah kembalian"nya itu yang bikin saya melongo kayak netizen. Karena kalo seandainya 5000 x 100 orang aja sehari x 30 hari = udah bisa buat bikin pabrik cireng itu mah. Ah sudahlah, jadi suudzon sayah hehehe.
Dan sepertinya biaya perpanjangan ini beda-beda di tiap daerah. Teman saya di Jakarta malah cuma bayar Rp.135.000 untuk SIM A dan Rp.130.000 untuk SIM C. Di Sulawesi teman saya bayar Rp.400.000. Di wilayah Serang, istrinya teman saya bayar totalnya Rp.210.000. Entah apa patokan tarifnya, mungkinkah berdasarkan level kegantengan?
Kurang lebih menunggu satu jam, yang dipanggil baru nomor 30-an. Kalo dihitung-hitung, dalam satu jam yang dipanggil kurang lebih cuma 10-15 orang. Jadinya saya dan istri memutuskan nongkrong di Solaria sambil sarapan.
Tetapi sampai selesai sholat dzuhur, nomor antrian ternyata masih di kisaran 80-an, jadinya kita pindah nongkrong ke KFC. Dan akhirnya nomor antrian saya dipanggil menjelang jam 2 siang. Lumayan lama sodara-sodara, harusnya waktu menunggu tersebut bisa saya gunakan buat umroh atau menyelamatkan dunia dulu.
Setelah nomor saya dipanggil, maka saya pun melangkah dengan elegan memasuki bis tempat pemrosesan perpanjangan SIM. Tadinya saya pikir bakalan ada tes kesehatan, tapi ternyata gak ada tes apapun sama sekali. Padahal saya dengar orang lain ada yang dites kesehatan sama tes psikologi segala. Cobalah anda googling persyaratan perpanjang SIM, maka anda akan menemukan salah satu syaratnya adalah membawa surat keterangan sehat dari rumah sakit yang ditunjuk oleh kepolisian. Tapi nyatanya saya gak diminta surat kesehatan atau dites penglihatan atau tes lainnya.
Mungkinkah biaya Rp.195.000 tadi untuk bayar tes kesehatan yang gak dilakukan sama sekali? Ah entahlah, yang penting saya ganteng.
Nah, di dalam bis ini petugas memastikan lagi bio data saya sudah benar dan lengkap. Setelah itu dilakukan scan sidik jari kedua tangan mulai dari jempol sampai kelingking. Cuma entah karena mesin scannya kurang sensitif atau kebanyakan dipake, saya jadi harus ngulang scan beberapa kali untuk beberapa jari, udah gitu diteken-teken pula jarinya sama pak polisi ke layar mesin scan buat memastikan sidik jari saya ter-scan dengan baik. Nekennya kenceng pula, mayan sakit lah :(
Setelah selesai scan sidik jari, berikutnya adalah membubuhkan tanda tangan digital untuk ditempel pada SIM. Tinggal gunakan pulpen yang disediakan untuk menulis tanda tangan di layar mesin tanda tangan tersebut.
Terakhir, barulah duduk untuk difoto, walaupun sebenarnya kondisi ruangan kurang bagus untuk foto karena lokasi pemotretan berada tepat di pintu masuk bis, dan tanpa peralatan pencahayaan studio foto, sehingga pencahayaannya wajah saya menjadi bercahaya di sisi kiri karena cahaya dari luar bis, tapi sisi wajah sebelah kanan agak gelap karena pencahayaan yang tidak memadai di dalam bis.
Sedikit info saja, saat difoto anda gak perlu pake baju bagus, gak perlu membusungkan dada atau menahan nafas biar terkesan sixpack bahkan mungkin gak perlu mandi. Kenapa? Karena yang tampak di foto SIM cuma bagian leher ke atas. Dan dengan pencahayaan yang asal seperti itu gak bakalan ada yang tahu kalau anda belum mandi.
Selesai difoto, saya pun menunggu kurang lebih setengah jam, kemudian nama saya dipanggil dan pak polisi menyerahkan SIM saya dari jendela bis sambil menginstruksikan untuk melaminasi SIM tersebut pake anti gores di petugas jasa laminasi/anti gores yang sudah disediakan persis di bawah jendela bis tempat pak polisi menyerahkan SIM pada kita. Tukang laminating ini adalah sekaligus petugas foto copy dan jual map tadi.
Di sini SIM saya dilaminating dan biayanya 10 ribu. Berarti total biaya yang saya keluarkan untuk perpanjang SIM ini adalah: Rp.195.000 + 5000 sumbangan asuransi gorengan + 10 ribu biaya anti gores + 3000 biaya beli map = Rp.213.000, belum termasuk biaya makan berdua istri sekitar 100 ribuan, dan biaya parkir 15 ribu untuk durasi parkir yang dihitung 5 jam meski total waktu yang saya habiskan untuk proses perpanjangan SIM ini sekitar 4 jam 30 menit.
Sedikit komplain dari saya adalah hasil laminasi yang kurang rapi, plastik anti goresnya gak menutupi keseluruhan SIM saya sehingga ngatung di sebelah kanan dan hasil potongan plastiknya juga gak rapi, udah gitu plastik anti goresnya juga kayak gampang dilepas, karena dicungkil sedikit saja udah kayak mau lepas plastiknya.
Dan saya baru ngeh begitu lihat lagi SIM baru saya, hasil crop fotonya ternyata gak rapi, masih bagusan hasil crop saya kalo ngedit foto wkwkwk. Tapi ya sudahlah, namanya juga bikin SIM di dalam bis, dengan peralatan seadanya jangan harap hasilnya bagus. Mungkin beda kalau perpanjang SIM di polres, tapi kalau membandingkan dengan SIM lama yang dibikin di polres jelas saya lebih suka yang lama hehehe.
Penampakan SIM Baru |
Penampakan SIM Lama |
Ah sudahlah, yang penting bisa nyetir lagi dengan tenang karena punya SIM.
Demikian sekilas pengalaman saya memperpanjang SIM A melalui layanan SIM keliling. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Bagi anda yang akan memperpanjang SIM pada bulan April 2021 dan seterusnya, maka berbahagialah anda karena konon katanya nanti sudah bisa lewat jalur online sehingga menghemat energi untuk antrian dan mudah-mudahan bisa menghilangkan biaya yang tak diperlukan.